Sabtu, 02 Maret 2013

TUNISIA PERBAHARUI KEADAAN DARURAT DI TENGAH KRISIS



(PERANG DUNIA XXX) --- Presiden Tunisia Mouncef Marzouk pada Jum’at (2/3) memperpanjang tiga bulan keadaan darurat di Tunisia sejak revolusi 2011, sebagaimana negara tersebut sedang dilanda krisis terburuk.
Menurut laporan Daily News Egypt keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dengan pengganti perdana menteri Hamadi Jebali dan Ketua Majelis Konstituen Nasional  Mustapha Ben Jaafar, mereka memperpanjang keadaan darurat sampai  3 Juni  mendatang.
Keadaan darurat diberlakukan di negara Afrika utara itu sejak 14 January 2011, di tengah upaya warga  menggulingkan Zine El Abidine Ben Ali, presiden Tunisia yang memimpin sejak 1987.
Sejak itu, pemberlakuan tersebut diperbaharui secara teratur, kadang dalam waktu bulan ke bulan, kadang selama tiga bulan berturut-turut.
Tunisia sedang dihadapkan pada krisis setelah pembunuhan politikus sayap kiri Chokri Belaid pada 6 Februari lalu, di mana pihak oposisi menuduh pembunuhan itu dilakukan pihak Islamis. Setelahnya, bentrokan antara demonstran dan polisi  terjadi  sebagai protes terbesar anti-pemerintah sejak revolusi.
Presiden Tunisia Mouncef Marzouk
Pihak oposisi menuduh partai Ehnada, partai Islam yang berkuasa, sebagai dalang dibalik pembunuhan Belaid. Namun, sampai saat ini tidak ada bukti yang membenarkan dugaan mereka.
Akibat protes itu, Tunisia menggelar pembicaraan lintas partai untuk menemukan solusi mengakhiri krisis di negeri itu. Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali pada Sabtu (16/2) menggelar perudingan lintas partai di Istana Carthage di Tunis setelah gelombang protes baru-baru ini menyebabkan pembubaran pemerintah.
Dalam pembicaraan tersebut, Jebali mendesak semua pihak untuk menahan diri dan tidak mengobarkan situasi yang lebih parah. Ia telah berkonsultasi dengan sejumlah pemimpin partai setelah dirinya setuju untuk mendirikan sebuah pemerintahan teknokrat.
Setelah gagal mendirikan pemerintahan teknokrat, sebagaimana janjinya, Jebali mengundurkan diri pada Selasa (19/2) sebagai perdana menteri Tunisia.(Rina).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar