(PERANG DUNIA
XXX) --- Timbuktu, Mali// Pasukan Perancis mulai
meninggalkan kota Timbuktu di utara
Mali, Ahad (28/4), setelah beberapa bulan mereka
menyerbu negara Afrika Barat
itu, Press TV melaporkan yang dikutip MINA.
Kolonel Perancis Cyrille Zimmer mengatakan bahwa sekitar 100 tentara telah dipindahkan ke kota timur laut, Gao.
Namun dia menambahkan bahwa detasemen kecil sebanyak 20 tentara tetap di Timbuktu yang akan beroperasi dengan batalyon Burkinabe, tentara dari Burkina Faso yang resmi mengambil alih kota utara itu pekan lalu.|
"Detasemen ini akan tinggal di Timbuktu sementara, bersama Burkinabe yang ada," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian, Jumat (26/4), menegaskan kembali bahwa negaranya akan menyisakan 1.000 tentara di Mali untuk melawan kelompok-kelompok bersenjata, bahkan setelah kedatangan pasukan penjaga perdamaian PBB akhir tahun ini.
"Mulai sekarang kita berada dalam fase pasca-perang. Resolusi PBB yang diadopsi kemarin akan memungkinkan kedatangan kekuatan untuk menstabilkan negara itu," kata Le Drian kepada wartawan. "Tapi Perancis akan pertahankan sekitar 1.000 tentara untuk melanjutkan operasi militer."
Perancis yang memimpin perang Mali, yang diluncurkan Paris pada 11 Januari, telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius di wilayah utara negara itu dan menciptakan pengungsi ribuan orang, yang kini hidup dalam kondisi menyedihkan.
Amnesty International mengatakan, pada 1 Februari, pelanggaran berat hak asasi manusia terjadi di Mali, termasuk pembunuhan anak-anak.
Kolonel Perancis Cyrille Zimmer mengatakan bahwa sekitar 100 tentara telah dipindahkan ke kota timur laut, Gao.
Namun dia menambahkan bahwa detasemen kecil sebanyak 20 tentara tetap di Timbuktu yang akan beroperasi dengan batalyon Burkinabe, tentara dari Burkina Faso yang resmi mengambil alih kota utara itu pekan lalu.|
"Detasemen ini akan tinggal di Timbuktu sementara, bersama Burkinabe yang ada," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian, Jumat (26/4), menegaskan kembali bahwa negaranya akan menyisakan 1.000 tentara di Mali untuk melawan kelompok-kelompok bersenjata, bahkan setelah kedatangan pasukan penjaga perdamaian PBB akhir tahun ini.
"Mulai sekarang kita berada dalam fase pasca-perang. Resolusi PBB yang diadopsi kemarin akan memungkinkan kedatangan kekuatan untuk menstabilkan negara itu," kata Le Drian kepada wartawan. "Tapi Perancis akan pertahankan sekitar 1.000 tentara untuk melanjutkan operasi militer."
Perancis yang memimpin perang Mali, yang diluncurkan Paris pada 11 Januari, telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius di wilayah utara negara itu dan menciptakan pengungsi ribuan orang, yang kini hidup dalam kondisi menyedihkan.
Amnesty International mengatakan, pada 1 Februari, pelanggaran berat hak asasi manusia terjadi di Mali, termasuk pembunuhan anak-anak.
Beberapa analis politik
meyakini bahwa sumber daya alam
yang melimpah di Mali,
termasuk emas
dan cadangan uranium, menjadi
salah satu alasan di balik perang Perancis
melawan negara Afrika itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar