Senin, 17 Desember 2012

PEMBANTAIAN CONNECTICUT AMERIKA (Bag.2)

Presiden Obama Menangis karena Pembantaian di Sekolah

Presiden Obama Menangis karena Pembantaian di Sekolah 
AFP Presiden Obama menangis secara terbuka Jumat (14/12) saat berbicara tentang penembakan yang menewaskan 27 orang, termasuk 20 anak-anak, di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Negara Bagian Connecticut, AS.


(PERANG DUNIA XXX) Presiden Barack Obama berduka dan menangis atas pembantaian yang menewaskan 26 orang di sebuah sekolah dasar di Newtown, Negara Bagian Connecticut, AS, Jumat (14/12).


Obama beberapa kali menyeka air mata dan berjuang untuk menenangkan diri saat menyampaikan ucapan dukacita bagi orang-orang yang tewas dalam pembantaian itu. Ia menjanjikan tindakan yang "berarti" untuk menghentikan tragedi-tragedi akibat pemakaian senjata di AS.

"Mayoritas mereka yang tewas hari ini adalah anak-anak, anak-anak kecil yang lucu yang berusia antara lima hingga sepuluh tahun," kata Obama. "Kehidupan membentang di depan mereka, ulang tahun, wisuda, pernikahan, anak-anak mereka sendiri."

Obama jeda selama beberapa saat, dan menarik napas berat, beberapa kali menyeka air mata dari sudut matanya, ketika ia menyampaikan reaksi pertamanya terkait pembunuhan 26 orang, termasuk 20 anak, di ruang pers Gedung Putih di Washington. Si penembak dalam tragedi itu ikut tewas sehingga total jumlah orang tewas adalah 27 orang.

"Di antara yang tewas adalah para guru, orang-orang yang mengabdikan hidupnya untuk membantu anak-anak kita memenuhi impian mereka," kata Obama. Ia menegaskan, dirinya bereaksi "bukan sebagai presiden, melainkan sebagai orang lain, sebagai orangtua. Hati kita hancur saat ini, untuk para orangtua dan kakek-nenek, saudara dan saudari dari anak-anak kecil itu, dan untuk keluarga mereka yang kehilangan. Sebagai negara, kita telah melalui ini terlalu banyak," kata Obama. Ia menyebut kasus-kasus pembantaian sebelumnya di Colorado, Oregon, dan Wisconsin.

"Lingkungan-lingkungan itu adalah lingkungan kita, anak-anak itu adalah anak-anak kita. Kita harus bersama-sama dan mengambil tindakan yang berarti untuk mencegah tragedi lain seperti ini tanpa sekat-sekat politik," kata Obama, ayah dari dua gadis muda.

"Semoga Tuhan memberkati jasa-jasa para korban dan sesuai bahasa Kitab Suci, menyembuhkan yang patah hati dan membalut luka-luka mereka."

Pernyataan Obama itu terdengar dalam keheningan di ruangan Gedung Putih yang biasanya riuh saat konferensi pers dan hanya terganggu oleh suara kamera ketika ia berhenti dan menata emosinya.

Obama sebelumnya telah memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di Gedung Putih, bangunan pemerintah, dan di fasilitas militer AS untuk menghormati para korban penembakan di sekolah itu. Perintah itu berlaku sampai matahari terbenam pada tanggal 18 Desember, kata presiden dalam sebuah maklumat. Obama mengutuk serangan itu sebagai "tindak kekerasan yang tanpa perasaan", sebagai kejahatan "keji".

Obama diberi tahu tentang penembakan itu pada Jumat pagi oleh penasihat anti-teror dan keamanan dalam negeri John Brennan di Ruang Oval.

Namun, para pejabat mengatakan terlalu dini untuk masuk ke perdebatan tentang apakah Obama langsung mendukung undang-undang tentang kontrol senjata yang lebih ketat, sebuah persoalan sengit di Washington.

Terkait peristiwa itu, Obama telah menelepon Direktur FBI Robert Mueller dan Gubernur Connecticut Dannel Malloy untuk menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan. 


Pemimpin Dunia Terkejut dan Ngeri dengan Pembantaian di AS
 

Pemimpin Dunia Terkejut dan Ngeri dengan Pembantaian di AS REUTERS Orang tua murid menjemput anak-anak mereka di luar Sandy Hook Elementary School di Newtown, AS, setelah 20 siswa dan enam orang dewasa tewas dalam penembakan oleh seorang pria bersenjata, Jumat (14/12). 

Para pemimpin dunia menyatakan terkejut dan ngeri dengan pembantaian terhadap 20 anak-anak dan enam guru mereka oleh seorang pria bersenjata di negara bagian Connecticut, AS, Jumat (14/12/2012). Tragedi itu menjadi salah satu peristiwa penembakan terburuk di sekolah dalam sejarah.

Sekjen PBB, Ban Ki-moon, menulis surat kepada Gubernur Connecticut, Dan Malloy, untuk menyampaikan belasungkawa terdalam atas pembunuhan mengejutkan itu. "Menyasar anak-anak merupakan hal keji dan tak terpikirkan," kata Ban dalam kecaman terhadap kejahatan yang "mengerikan" tersebut.

Kepala Diplomasi Uni Eropa, Catherine Ashton, menyatakan terkejut dengan penembakan tragis itu. Kepala Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso, menyampaikan rasa "shock berat dan ngeri"-nya setelah mendengar tentang pembantaian di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, yang ia sebut sebagai "tragedi yang mengerikan". "Kehidupan kaum muda yang penuh harapan telah hancur," katanya dalam sebuah pernyataan.


Presiden Perancis Francois Hollande, dalam sebuah surat terbuka kepada Presiden AS Barack Obama, mengatakan, ia merasa sangat "ngeri". "Dalam kondisi tragis ini, saya ingin menyampaikan rasa terkejut dan kesedihan saya yang mendalam sehubungan dengan aksi kekerasan yang tak terperikan di sebuah sekolah dasar sehingga merenggut banyak korban," katanya.

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan di dalam satu pernyataan, "Perhatian saya buat para korban cedera dan mereka yang telah kehilangan orang-orang tercinta. Sungguh menyedihkan saat memikirkan orang yang anaknya direnggut dari mereka dalam usia semuda itu ketika mereka sedang menghadapi kehidupan yang membentang di depan mereka," kata Cameron.

"Berita itu mengerikan. Hati dan doa rakyat Kanada ada bersama siswa dan keluarga yang terkena dampak kekerasan yang tidak masuk akal itu," tulis Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper, di akun Twitter-nya. Menteri Luar Negeri Kanada John Baird mengatakan, rakyat Kanada "bahu- membahu dengan teman-teman Amerika kami di masa sulit ini."

Para anak korban dilaporkan berusia antara lima hingga 10 tahun.

Ratu Inggris Elizabeth II mengirim pesan kepada Presiden Barack Obama. Ia bilang bahwa dirinya sangat terkejut dan sedih mendengar penembakan itu. "Perhatian dan doa setiap orang di Inggris dan seluruh persemakmuran ada bersama keluarga dan teman-teman mereka yang tewas dan bersama semua orang yang telah terpengaruhi oleh peristiwa hari ini."

Perdana Menteri Australia, Julia Gillard mengatakan, Australia berduka bersama Amerika hari ini setelah penembakan massal terhadap anak-anak di sekolah dasar dan para guru di Connecticut. "Seperti Presiden Obama dan rakyat Amerika, hati kami juga hancur. Kami terkejut dengan tindakan tidak masuk akal dan kejahatan yang tidak bisa dimengerti ini," ujar Gillard.

Walau berita itu beredar Jumat malam, dengan keterbatasan komentar resmi, situs-situs web surat kabar dan media siaran menyiarkan liputan langsung tanpa henti. Polisi mengatakan, pria bersenjata itu, Adam Lanza, telah menewaskan 20 murid dan enam orang dewasa.

"Panik! Teriakan! Operasi Massal! Pembunuhan Massal di Sekolah AS!" judul berita utama di harian Bild, Jerman.

Jerman, Perancis, Inggris, dan negara Eropa lain pernah mengalami peristiwa penembakan serupa. Di Norwegia, tahun lalu, seorang pria membantai 77 orang, tetapi para pengamat di Eropa segera menuding tingkat yang lebih tinggi di Amerika. Kepemilikan senjata oleh warga sipil merupakan faktor penyebab seringnya penembakan.

"Jika bukan sekarang, kapan waktunya untuk membahas mengenai pengendalian senjata?" demikian judul di satu artikel di harian Inggris, Guardian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar