Sabtu, 08 Desember 2012

IKHWANUL MUSLIMIN: MEREKA INGIN NEGARA DIKENDALIKAN ASING



Jakarta, 25 Muharram 1434/9 Desember 2012 (PERANG DUNIA XXX) - Wakil Ketua tertinggi Ikhwanul Muslimin Khairat Al-Shater berbicara dalam konferensi pers koalisi kelompok Islam bahwa dia mempunyai informasi tentang pertemuan politisi dan aktivis yang mewakili kekuatan internasional dan kekuatan regional.


Daily News Egypt memberitakan konferensi hari Sabtu di Nasr City ini diselenggarakan oleh "Otoritas Sah untuk Hak dan Reformasi", sebuah lembaga yang terdiri dari para cendekiawan dan ilmuwan, dalam rangka menyikapi bentrokan berdarah di depan Istana Kepresidenan.

"Mereka menilai situasi setelah Mubarak dan memutuskan untuk menghentikan Islam atau kelompok revolusioner sejati dari asumsi kekuasaan. Mereka menginginkan negara berada di bawah kendali asing," kata Al-Shater.

"Ketika Presiden Muhammad Mursi terpilih mereka terpaksa mem-back-up rencana mereka. Menghalangi, mengacaukan dan membingungkan," katanya.

Al-Shater menuduh aktivis bertujuan untuk memperpanjang transisi dengan menyebabkan ketidakstabilan dan masalah-masalah ekonomi yang memperburuk.

"Orang-orang kemudian akan membenci revolusi dan menerima apa saja demi stabilitas keamanan," kata lelaki bergelar insinyur ini.

"Seorang pejabat intelijen Israel berbicara dengan sebuah surat kabar bahwa dia tidak kahwatir tentang situasi di Mesir karena mereka mengambil segala sesuatu menjadi pertimbangan," tambah Al-Shater yang merupakan calon Presiden yang didiskualifikasi dalam pemilu kemarin oleh Komisi Pemilihan.

Dia juga menuduh kemunafikan media yang bekerja untuk kepentingan asing, "Kita mendengar para media profesional yang mengatakan di belakang layar bahwa Mursi akan digulingkan  dalam dua atau tiga bulan."

Al-Shater mengatakan tujuan dari "persekongkolan melawan pemerintah" menyebabkan kekosongan konstitusional.

"Mereka membubarkan parlemen untuk meninggalkan presiden sendiri tanpa lembaga yang sah. Ini akan menunda rencana pembangunan dan kebangkitan," tambah tokoh senior Ikhwanul Muslimin ini.

Mengomentari serangan terhadap markas Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri dia mengatakan, "Orang berusaha untuk menyeret kita ke sisi pertempuran, tetapi pertempuran utama kita adalah mempertahankan legitimasi dan presiden."

"Kita adalah rakyat, kita adalah mayoritas," kata Al-Shater yang menambahkan bahwa pengunjuk rasa oposisi tidak pernah melebihi 40.000 orang selama protes di jalanan. Sementara CNN melaporkan jumlah demonstran pendudukung Islam di Universitas Kairo melebihi dua juta orang.

Sheikh Ahmed Nashaat, seorang cendekiawan Islam juga berbicara dalam konferensi, dia mengatakan bahwa Islam siap menggalang pendukung semakin banyak dan "menawarkan sejuta syuhada".

Dia menambahkan, ketika pendukung Mursi menggeledah tenda para pengunjuk rasa di Istana Kepresidenan mereka menemukan obat, minuman keras dan senjata.

Ahmed juga mengatakan bahwa Mesir adalah negara Islam dan karenanya harus diwakili oleh konstitusi Islam.

"Sekarang kami memiliki dua kubu, satu dengan syariat dan legitimasi dan yang lainnya menentang," katanya.

Koalisi kelompok Islam ini telah merilis sebuah pernyataan pada Jum'at memperingatkan orang-orang yang "memanipulasi publik" dengan pementasan kudeta.

Ini menggambarkan media sebagai "korup" yang mendukung tokoh-tokoh mantan rezim uang.

"Koalisi mendukung setiap acara yang bertujuan untuk melestarikan legitimasi dan menekankan pentingnya memegang referendum tepat pada waktunya," kata pernyataan itu.

Pihak yang menandatangani pernyataan itu adalah Dakwah Salafi, Ikhwanul Muslimin, Gama 'Islamiyaa, An-Nur, Partai Kebebasan dan Keadilan, dan Partai Pembangunan dan Pengembangan Reformasi. (Abu Dzakir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar