Jakarta, 25 Muharram
1434/9 Desember 2012 (PERANG DUNIA XXX) - Wakil Ketua tertinggi Ikhwanul Muslimin
Khairat Al-Shater berbicara dalam konferensi pers koalisi kelompok Islam bahwa
dia mempunyai informasi tentang pertemuan politisi dan aktivis yang mewakili
kekuatan internasional dan kekuatan regional.
Daily News Egypt
memberitakan konferensi hari Sabtu di Nasr City ini diselenggarakan oleh "Otoritas
Sah untuk Hak dan Reformasi", sebuah lembaga yang terdiri dari para
cendekiawan dan ilmuwan, dalam rangka menyikapi bentrokan berdarah di depan
Istana Kepresidenan.
"Mereka menilai situasi setelah
Mubarak dan memutuskan untuk menghentikan Islam atau kelompok revolusioner
sejati dari asumsi kekuasaan. Mereka menginginkan negara berada di bawah
kendali asing," kata Al-Shater.
"Ketika Presiden Muhammad Mursi
terpilih mereka terpaksa mem-back-up rencana mereka. Menghalangi, mengacaukan
dan membingungkan," katanya.
Al-Shater menuduh aktivis bertujuan untuk
memperpanjang transisi dengan menyebabkan ketidakstabilan dan masalah-masalah
ekonomi yang memperburuk.
"Orang-orang kemudian akan membenci
revolusi dan menerima apa saja demi stabilitas keamanan," kata lelaki
bergelar insinyur ini.
"Seorang pejabat intelijen Israel
berbicara dengan sebuah surat kabar bahwa dia tidak kahwatir tentang situasi di
Mesir karena mereka mengambil segala sesuatu menjadi pertimbangan," tambah
Al-Shater yang merupakan calon Presiden yang didiskualifikasi dalam pemilu
kemarin oleh Komisi Pemilihan.
Dia juga menuduh kemunafikan media yang
bekerja untuk kepentingan asing, "Kita mendengar para media profesional
yang mengatakan di belakang layar bahwa Mursi akan digulingkan dalam dua atau tiga bulan."
Al-Shater mengatakan tujuan dari
"persekongkolan melawan pemerintah" menyebabkan kekosongan konstitusional.
"Mereka membubarkan parlemen untuk
meninggalkan presiden sendiri tanpa lembaga yang sah. Ini akan menunda rencana
pembangunan dan kebangkitan," tambah tokoh senior Ikhwanul Muslimin ini.
Mengomentari serangan terhadap markas
Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri dia mengatakan, "Orang berusaha untuk
menyeret kita ke sisi pertempuran, tetapi pertempuran utama kita adalah
mempertahankan legitimasi dan presiden."
"Kita adalah rakyat, kita adalah
mayoritas," kata Al-Shater yang menambahkan bahwa pengunjuk rasa oposisi
tidak pernah melebihi 40.000 orang selama protes di jalanan. Sementara CNN
melaporkan jumlah demonstran pendudukung Islam di Universitas Kairo melebihi
dua juta orang.
Sheikh Ahmed Nashaat, seorang cendekiawan
Islam juga berbicara dalam konferensi, dia mengatakan bahwa Islam siap menggalang
pendukung semakin banyak dan "menawarkan sejuta syuhada".
Dia menambahkan, ketika pendukung Mursi
menggeledah tenda para pengunjuk rasa di Istana Kepresidenan mereka menemukan
obat, minuman keras dan senjata.
Ahmed juga mengatakan bahwa Mesir adalah
negara Islam dan karenanya harus diwakili oleh konstitusi Islam.
"Sekarang kami memiliki dua kubu,
satu dengan syariat dan legitimasi dan yang lainnya menentang," katanya.
Koalisi kelompok Islam ini telah merilis
sebuah pernyataan pada Jum'at memperingatkan orang-orang yang
"memanipulasi publik" dengan pementasan kudeta.
Ini menggambarkan media sebagai
"korup" yang mendukung tokoh-tokoh mantan rezim uang.
"Koalisi mendukung setiap acara yang
bertujuan untuk melestarikan legitimasi dan menekankan pentingnya memegang
referendum tepat pada waktunya," kata pernyataan itu.
Pihak yang menandatangani pernyataan itu adalah
Dakwah Salafi, Ikhwanul Muslimin, Gama 'Islamiyaa, An-Nur, Partai Kebebasan dan
Keadilan, dan Partai Pembangunan dan Pengembangan Reformasi. (Abu Dzakir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar