(PERANG DUNIA XXX) --- New York// Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) di New
York, Senin (12/3) mendesak pihak berwenang di Mali harus menyelidiki serangan
terhadap seorang jurnalis radio di kota Niono, Mali.
Seperti yang
dilansir Modernghana.com, CPJ mengatakan bahwa serangan itu terjadi dua
pekan setelah jurnalis Dramane Traore, presenter stasiun radio oposisi swasta
Kayira, menerima ancaman yang memperingatkannya untuk mengundurkan diri dari
stasiun.
Menurut
laporan, penyerang pergi ke rumah Traore, di kota Niono tanggal 2 Maret dan
menikamnya di bagian atas kepalanya. Pria itu pergi ke rumah wartawan dengan
dalih memberikan surat kepada stasiun radio untuk disiarkan, kemudian melarikan diri dari TKP setelah serangan itu.
Traore dirawat di rumah sakit setempat dengan cedera kepala.
Traore
sering memberikan analisis kritis terhadap situasi politik di Mali. Dia sering
membahas isu-isu sensitif seperti korupsi, pemerintah daerah, dan perang sipil
yang berlangsung di Mali utara.
Sejak 16
Januari kelompok-kelompok oposisi di negara itu telah berjuang melawan pemerintah untuk otonomi yang lebih
besar di wilayah utara yang dikenal
sebagai Azawad.
"Pihak
berwenang di Mali harus berbuat lebih banyak untuk menjamin keselamatan semua
wartawan," tegas Wakil Direktur CPJ Robert Mahoney. "Pelaku serangan
itu harus bertanggung jawab sebagai sinyal bahwa perilaku buruk terhadap pers
tidak akan ditoleransi."
Dua minggu
sebelum serangan, seorang pria tak dikenal memperingatkan Traore bahwa ia akan dibunuh
dalam satu minggu kecuali ia mengundurkan diri dari Radio Kayira dan memutuskan
hubungannya dengan partai politik oposisi SADI. SADI didirikan oleh pemilik
Radio Kayira Oumar Mariko.
Tidak jelas
apakah Traore anggota dari partai SADI, tapi wartawan setempat mengatakan cakupan
Radio Kayira sejalan dengan sikap partai politik. Stasiun ini sering menyiarkan
berita terkait isu oposisi.
Sumber CPJ mengatakan
serangan dan ancaman telah dilaporkan ke polisi dan Perdana Menteri Django
Cissoko. Dia mengatakan penyerang telah diidentifikasi ke pihak berwenang,
namun polisi tidak membuat penangkapan. Bally Idrissa Sissoko, asisten media
perdana menteri, tidak menanggapi panggilan atau pesan CPJ.
Menurut Agence
France-Presse, radio Kayira telah menjadi target ancaman dan serangan sejak
kudeta 2012 Maret. Bulan April kantor stasiun dirusak, bulan Mei orang tak
dikenal membakar stasiun. Belum ada penuntutan meskipun keluhan terhadap ancaman dan serangan
terhadap staf radio terus ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar