Tiga Guru SD Sandy Hook Korbankan Diri demi Siswanya
Sekolah Dasar Sandy Hook, Connecticut, yang menjadi sasaran
peluru Adam Lanza (20). Dia memberondongkan senjatanya yang
mengakibatkan 20 siswa tewas, juga enam orang dewasa, sebelumnya
akhirnya dia bunuh diri.
Dialah Victoria Soto, guru muda yang mengajar kelas satu di Sekolah Dasar Sandy Hook, Connecticut. Victoria dikenal amat ramah kepada murid-muridnya.
Sementara yang lainnya, Kepala Sekolah Dawn Hochsprung (47) dan psikolog Mary Sherlach (56) juga tewas untuk melindungi siswa-siswa yang masih bocah tersebut.
Saat Adam mulai menembaki pelurunya, Dawn dan Mary tidak bersembunyi di bawah meja, seperti guru-guru lainnya. Mereka berlari ke lorong untuk menghadang bahaya untuk melindungi teman-temannya. New York Times melaporkan bahwa Dawn sempat mengenali Adam sebagai putra dari Nancy Lanza, guru di sekolah tersebut.
Diane Day, terapis di sekolah tersebut mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa saat awal penembakan dia sedang rapat dengan Kepala Sekolah dan psikolog sekolah.
"Kami baru rapat sekitar lima menit dan kami mendengar, dor.. dor.. dor," kata Diane, yang langsung berlindung di bawah meja.
Sementara Dawn dan Mary, kata Diane, malah mencari sumber tembakan. "Mereka tidak berpikir dua kali mencari tahu apa yang terjadi," tutur Diane lagi.
Rabbi Shaul Praver mengatakan kepada MSNBC bahwa Dawn dan Mary kemudian ditemukan tewas dengan tembakan jarak dekat.
"Jika ada orang yang dari kualifikasi dan personalitinya mau bekerja untuk anak-anak, menjadi psikolog sekolah, itu pasti Mary," kata mantan pengawas sekolah John Reed kepada Connecticut Post.
"Ngumpet" di Lemari, 20 Murid Selamat dari Penembakan di Connecticut
Salah satu siswa Sekolah Dasar Sandy Hook, Connectiucut, yang selamat dari amukan Adam Lanza.
Maryrose merupakan guru musik di sekolah tersebut. Saat terdengar ada penembakan, dia langsung menyuruh murid-muridnya masuk ke dalam lemari tersebut.
Di dalam lemari, sang guru meminta murid-muridnya untuk tidak bersuara, dan berdoa. Dia juga mengucapkan "i love you" kepada murid-muridnya tersebut.
"Aku bilang ke mereka bahwa ada orang jahat di sekolah. Aku tidak ingin berkata-kata apalagi selain itu," kata Maryrose kepada dailymail, Sabtu (15/12/2012).
Sementara di luar lemari tersebut, Adam Lanza menggedor-gedor pintu. Dia berteriak-teriak minta dibukakan. "Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk!"
Menurut Maryrose, ada sekitar 20 murid yang bersamanya di lemari tersebut. Di dalam lemari tersebut mereka berdiri berhimpit-himpitan. Dia berdiri di depan pintu untuk mencegah murid-muridnya menyentuh handle pintu.
"Aku mencoba untuk sekuat mungkin. Yang kupikirkan hanya anak-anak itu. Aku minta ke mereka untuk diam dan kita sedang bersembunyi sehingga tidak ada yang tahu keberadaan kami," tuturnya.
"Tentu saja aku juga ketakutan. Aku minta mereka diam, kupikir hanya ini tempat yang aman untuk kami," ucap Maryrose.
Setelah merasa cukup aman, Maryrose baru berani membuka pintu lemari tersebut. Para orangtua murid yang anak-anaknya selamat mengucapkan terima kasih kepada guru musik tersebut.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya. Dia menyelamatkan hidup mereka. Meski penembaknya terus meminta dibukakan pintu, dia tidak membiarkannya," kata seorang ibu.
"Guru anakku seorang pahlaman. Dia mengunci anak-anak tersebut ke dalam lemari dan menyelamatkan mereka," kata Lebinski, salah satu orang tua murid.
(KOMPAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar