Pada tahun lalu, bahkan rezim boneka pro-Amerika menyatakan ketidakpuasannya dengan pembunuhan yang terus dilakukan oleh drone AS. Meskipun demikian, AS terus memperluas jangkauan serangannya.
Serangan pesawat tak berawak terjadi di negeri-negeri kaum Muslimin seperti Yaman, Somalia, Pakistan, Libya dan Afghanistan. Juga terdapat kasus penggunaan drone di Sudan.
Mantan operator drone AS, Brandon Bryant (27) dari Montana bekerja selama hampir satu dekade menerbangkan drone Predator.
Perubahan terjadi dalam kehidupan Bryant, membuatnya berpikir bahwa ia bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik daripada membunuh anak-anak Afghanistan tak bersalah.
"Saya melihat laki-laki, perempuan dan anak-anak tewas selama waktu itu. Saya tidak pernah berpikir saya akan membunuh banyak orang. Saya pikir saya tidak bisa membunuh siapapun," ungkapnya.
Memutar pengalamannya, Bryant mencatat bahwa setelah membunuh untuk pertama kalinya, dua orang tak bersalah dalam serangan drone yang ia kendalikan, ia kemudian "menangis dalam perjalanan pulang" setelah bekerja. Pria berusia 27 tahun itu merasa kehilangan kewarasannya. "Saya merasa terputus dari manusia selama hampir satu minggu."
Mengejutkan, rincian serangan Bryant saat itu dinyatakan keliru, namun ia tahu persis ia diperintahkan membunuh seorang anak Afghanistan.
Sebelum rudal menghantam target sebuah rumah, seoang anak berjalan di sekitar rumah. Bryant bertanya, "Apakah kita membunuh seorang anak?" Rekannya sesama operator menanggapi, "Ya, saya rasa ia masih kecil."
Kita akan mendengar lebih banyak kisah serupa, tulis Spread Libertynews yang menceritakan kisah operator drone.
Surat kabar itu menunjukkan bahwa meskipun pembunuhan massal atas anak-anak dan kaum perempuan tak bersalah, namun hampir tidak ada harapan situasi akan berubah membaik.
Misalnya, penasehat "kontra-terorisme" Obama, John Brennan telah menyatakan akan memperluas penggunaan pesawat tak berawak. Brennan menjelaskan di awal tahun ini, "Terdapat aspek dalam program di Yaman bahwa saya pikir itu adalah model sebenarnya dari apa yang harus dilakukan oleh komunitas 'kontra-terorisme' AS". (haninmazaya/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar