Senin, 31 Desember 2012

121 JURNALIS TERBUNUH DI SURIAH SEPANJANG 2012

      
Suriah,19 Shafar 1434/1 Januari 2013 (PERANG DUNIA XXX) - Lebih dari 120 wartawan dan pekerja media telah tewas sepanjang 2012 di Suriah yang membuatnya menjadi salah satu peristiwa paling berdarah dalam beberapa tahun terakhir.

     Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) mengatakan telah terjadi 121 kematian di antara personil media akibat pembunuhan yang ditargetkan dari serangan bom maupun insiden tembakan sepanjang 2012, berdasarkan laporan Syrian Freedom yang diterima Kantor Berita Mi’raj (MINA) pada Selasa (1/1).

     Kematian tahun ini naik 13% dengan jumlah 107 jurnalis yang meninggal pada 2011 dan naik sebesar 22% dari jumlah 94 orang pada 2010. Tahun 2009 jumlah yang meninggal mencapai 113 orang.


     IFJ mengatakan Suriah merupakan negara paling berbahaya di dunia bagi personil media tahun ini, dengan 35 kematian yang tercatat. Reporter Sunday Times Marie Colvin tewas dalam konflik di sana pada Februari.


     Insiden itu diikuti Somalia, dimana IFJ mengatakan daerah tersebut sebagai "ladang pembantaian media" dengan angka kematian mencapai 18. Kejahatan terorganisir di Meksiko dan gerilyawan di Pakistan menyebabkan 10 kematian wartawan di masing-masing negara itu, membuat mereka berada di posisi ketiga.     Filipina dan Irak masing-masing mencatat lima kematian.


     IFJ mengatakan wartawan sengaja ditargetkan dengan niat yang jelas untuk “membungkam” mereka.
Presiden IFJ Jim Boumelha melakukan seruan kembali ke PBB dan pemerintah-pemerintah untuk mengambil tindakan lebih luas dalam melindungi wartawan.


     "Hal ini tidak mengherankan jumlah korban wartawan tewas yang tinggi ini telah terjadi terus menerus dalam sepuluh tahun terakhir, di mana reaksi biasa dari pemerintah dan PBB hanya berkisar pada kata mengutuk saja, serta penyelidikan sepintas dan mengangkat bahu tidak peduli," kata Boumelha.


     Persatuan Nasional Jurnalis (NUJ) mendukung seruan aksi IFJ itu. "Jurnalis dari Inggris dan Irlandia telah menjadi salah satu korban kegagalan pemerintah dan PBB dalam melindungi dan menegakkan hak dasar untuk hidup rekan-rekan kami sambil pergi melanjutkan pekerjaan mereka," kata Michelle Stanistreet, sekretaris jenderal NUJ.


     "Merupakan hal yang penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengakui pembunuhan jurnalis itu merupakan serangan terhadap peran menentukan akan pekerjaan yang mereka lakukan dan pada arus bebas informasi penting yang dapat membantu membentuk dunia yang lebih baik. "


IFJ mengatakan ada juga 30 kematian personil media yang diklasifikasikan sebagai "kecelakaan dan penyakit ".(Rina).


Miraj News Agency (MINA) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar