Setelah berhasil menjadi
tokoh mediator gencatan senjata antara Israel dan Palestina, kini Presiden
Mohamed Morsi harus kembali fokus menyelesaikan masalahnya di dalam negeri. Ia
harus berusaha meredam gejolak pihak oposisi yang bereaksi keras menyikapi
dekrit yang telah ia keluarkan. Singgasana yang baru beberapa bulan didudukinya
kini digoyang keras.
Gelombang pujian mengalir
untuk Morsi setelah langkah-langkah beraninya berhasil menundukkan kesombongan
Israel dan sekutunya Amerika sehingga tercipta kesepakatan gencatan senjata
perang delapan hari di Gaza. Namun selepas itu, kedigdayaan Morsi memasuki fase
ujian yang lebih berat, yaitu menghadapi gejolak protes rakyatnya sendiri dari
berbagai kalangan.
Ahmed Jadallah / Reuters
Anti-Morsi
protesters chant anti-government and anti-Muslim Brotherhood slogans as
they gather at Tahrir Square in Cairo Nov. 27.
|
Dekrit yang dikelurakan
Morsi, Kamis (22/11) selain tentang perubahan konstitusi, juga menyatakan bahwa
semua keputusan yang diambilnya sejak menjabat sebagai presiden bulan Juni
tidak bisa diganggu gugat, baik oleh hukum maupun badan pemerintah lainnya.
Juru bicara pemerintahan
Yasser Ali mengatakan Morsi bisa mengeluarkan keputusan apapun atau langkah apa
pun untuk melindungi revolusi. Selain itu, deklarasi konstitusional, keputusan
dan hukum yang dikeluarkan presiden adalah keputusan akhir dan tidak bisa
diganggu gugat lagi.
Dekrit presiden ini ternyata mendapat reaksi tentangan yang sangat
keras dari rakyat oposisi, terutama dari kubu liberal dan kristen berhaluan kiri. Berbagai tudingan seketika
meluncur menimpanya. Morsi dicap sebagai Fir'aun modern baru.
Khalil Hamra / AP
Egyptian security forces arrest a protester during clashes near Tahrir square in Cairo, Nov. 27, 2012.
|
Mohamed El Baradei, tokoh
oposisi dan penerima Nobel, mengkritik perubahan konstitusio itu. "Morsi
merampas semua kekuasaan negara dan menunjuk dirinya sendiri sebagai Fir'aun
baru Mesir. Ini pukulan besar bagi revolusi dan konsekuensinya bisa
fatal," kata El Baradei di akun Twitternya.
El Baradei berpidato
dihadapan massa yang berkumpul di alun-alun Kairo, Sabtu, untuk memprotes
dekrit Presiden Morsi yang menempatkan dirinya di atas mengawasan hukum dan
melindungi para pendukung Islamisnya di parlemen.
Morsi juga dituding telah
membajak revolusi untuk mencapai tujuannya dan memperkuat posisinya sebagai
kepala negara dengan memotong wewenang
lembaga kehakiman.
Ahmed Jadallah / Reuters
Anti-Morsi
protesters carry a wounded man away from tear gas during clashes with
riot police at Tahrir square in Cairo, Nov. 27.
|
Badan kehakiman tertinggi
Mesir yang disebut Dewan Peradilan Tertinggi, juga mengecam dekrit itu. Para
hakim di dewan menyebut langkah tersebut sebagai serangan yang belum pernah
terjadi terhadap indenpendensi pengadilan. Para hakim Alexandria melangsungkan
aksi mogok dan mengatakan mereka tidak akan bekerja sebelum dekrit itu
dibatalkan.
Menanggapi dekrit
tersebut, pihak oposisi pun mulai menggelar aksi protes sejak Jum'at (23/11).
Puluhan ribu massa kembali turun ke jalan dan berpusat di lapangan Tahrir
Square. Massa bahkan menyerang dan membakar beberapa kantor Ikhwanul Muslimin
selaku kekuatan pendukung presiden terpilih. Bentrokan dengan aparat kepolisian
tidak bisa dihindari.
Sejak eskalasi penentangan
ini, setidaknya sudah 500 orang terluka. Dan pada Minggu (25/11), diberitakan seorang
pengunjuk rasa dari partai Ikhwanul Muslimin terkena tembakan hingga tewas.
Sejumlah besar sekolah, universitas dan tempat-tempat kerja tutup untuk
mengantisipasi protes massa.
Untuk meredam semakin
kuatnya gelombang protes penentangan, Morsi segera mengambil beberapa langkah
strategis. Senin (26/11) ia segera menemui para hakim senior dan menjelaskan
maksud baik dari dekritnya. Morsi menyatakan tidak akan mengubah pendiriannya
tapi ia juga mengatakan dekrit-dekritnya hanya berlaku sementara.
Khaled Elfiqi / EPA
Egyptian
protesters shout slogans against President Mohammed Morsi, during a
rally against his decree, in Tahrir square, Cairo, Nov. 27.
|
Selasa (27/11), lapangan
Tahrir Square telah dipenuhi ratusan pengunjuk rasa yang sejak kemarin bermalam
dengan memasang ratusan tenda. Demo hari ini rencananya akan dihadiri puluhan
ribu warga Mesir. Partai pendukung Morsi, Ikhwanul Muslimin yang rencananya akan
menggelar aksi dukungan terpaksa membatalkan aksinya dan mengalihkan ke tempat
lain untuk menghindari bentrokan.
Namun bentrokan tidak bisa
dicegah antara pasukan keamanan Mesir dengan demonstran. Pasukan keamanan
menembakkan tabung gas air mata terhadap demonstran. Bentrokan ini pecah
menjelang aksi protes.
Para demonstran yang
terdiri dari berbagai kalangan profesi menduduki Tahrir Square sejak Jum'at
dengan tuntutan pembatalan dekrit hingga tuntutan pengunduran diri presiden. Lebih
dari 500 pengacara turun dalam aksi. Perhimpunan wartawan pun mengirimkan 200
orang dalam aksi. Begitu pun dengan perkumpulan para seniman yang mayoritas
adalah kalangan liberal dan kristen berhaluan kiri.
Ahmed Jadallah / Reuters
Anti-Morsi
protesters try to carry a man affected by tear gas during clashes with
riot police at Tahrir Square in Cairo, Nov. 27.
|
Bentrokan berlanjut di
Simon Bolivar Square di dekat Tahrir antara demonstran dengan Pasukan Keamanan
Pusat.
Di jalan Mohamed Mahmoud,
Tahrir Square, pengunjuk rasa telah mendirikan sebuah patung Fir'aun sebagai
simbol protes.
Ribuan demonstran dari
daerah Delta Nil tiba dengan 70 bus untuk berpartisipasi.
Kantor berita MENA Mesir
melaporkan petugas polisi yang terluka sudah mencapai 218 orang.
Di sisi lain, di
Universitas Al Azhar, lebih dari 1000 orang berkumpul dalam rangka mendukung
presiden. Di wilayah pantai, anggota
Ikhwanul Muslimin berkumpul di Masjid Ibrahim Al-Qaed di Alexandria untuk
mendukung presiden, kantor berita MENA melaporkan.
"Protes hari ini adalah
untuk mendukung presiden. Kami tidak bermaksud untuk berbenturan dengan siapa
pun," kata seorang pemimpin Ikhwanul setempat.
Tumbangnya rezim diktator
Mesir Hosni Mubarak ternyata tidak cukup menjadikan persatuan kekuatan Islam
(Ikhwanul Muslimin dan Partai Salafi) menang dalam jangka waktu yang lama.
Hanya dalam beberapa bulan, kekuatan Islam yang berkuasa harus menghadapi gejolak
kekuatan dari kaum liberal dan kristen Mesir.
Gejolak politik dalam
negeri ternyata lebih rumit dan berat dibandingkan menyelesaikan konflik
politik negara tetangga. Keberhasilan langkah politik luar negeri Morsi
ternyata tidak bisa meyakinkan rakyatnya sendiri untuk mempercayai segala
kebijakannya. Hal ini yang harus dibuktikan oleh seorang Morsi kepada dunia
internasional. Perubahan struktur pemerintah Mesir akan sangat mempengaruhi
kondisi Palestina dan kebijakan Israel. Hal ini lah yang akan ditunggu oleh
Israel dan para sekutunya. (Abu Dzakir).
Sumber:
www.dw.de/Presstv/Ahram.org.eg/MENA/MINA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar