(PERANG DUNIA XXX) --- Jakarta// Berbicara dalam diskusi betema Hubungan Sipil dan Militer di
Wisma Intra Asia, pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Widjayanto
mengatakan demokrasi menjanjikan membuat kebijakan yang rumit penuh intrik
politik, Rabu (24/4), Tebet, Jakarta Selatan.
“Demokrasi menjanjikan membuat
kebijakan yang rumit penuh intrik politik, sangat berbeda dengan militer yang
lebih tertib dan rapi,” kata Andi.
Menurut Andi, era 1999-2014 adalah
era reformasi militer, menarik militer dari DPR dan dunia politik menuju kepada
profesionalisme.
“Reformasi militer berlangsung pada
saat Indonesia sebagai negara predator menuju negara demokrasi,” kata Andi.
Andi mengungkapkan bahwa
negara-negara Eropa, rata-rata membutuhkan waktu 300 tahun untuk pematangan
demokrasi. Maraknya kasus korupsi hingga 15 tahun reformasi, serta buruknya
supremasi sipil di DPR dan pemerintahan, oleh sebagian pengamat dinilai
meresahkan pihak militer.
“Fakta hukum membuktikan bahwa
Menteri Pertahanan dan kepolisian adalah lembaga yang paling bersih
korupsinya,” kata Andi.
Ada tiga kemungkinan yang
menyebabkan kedua lembaga itu paling bersih dari kasus korupsi, yaitu karena
keduanya memang bersih. Bisa juga karena kedua lembaga begitu cerdas sehingga
terlihat begitu bersih. Dan kemungkinan yang ketiga, karena tidak ada yang
berani masuk ke dalam kedua kelembagaan.
“Masalah hubungan antara sipil dan
militer adalah apakah militer akan kudeta? Kudeta akan terjadi jika pemahaman
sipil bersama lemah, dalam arti sipil gagal melaksanakan,” tambah Andi.
Sementara itu, profesor dan pengamat
militer Salim Said mengungkapkan bahwa sekarang militer bersikap kritis
terhadap sipil.
“Suatu tanda militer mulai resah
dengan kinerja pemerintah sipil. Supremasi sipil di DPR dan pemerintahan buruk
dan meresahkan militer,” kata Salim.
“Saya khawatir, kepatuhan militer
terhadap pemerintahan sipil mengalami diligitimasi.”
Menurut profesor yang juga menjadi
dosen para militer itu, mantan Presiden Soeharto adalah presiden yang berhasil
merebut militer. Presiden Soekarno lima tahun berkuasa, tapi Soeharto 30 tahun.
“Rahasia Soeharto adalah
mengendalikan tentara,” kata mantan Duta Besar Indonesia untuk Republik Ceko
itu.
Senada dengan Salim, politisi senior
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sabam Sirait membenarkan tentang adanya
kekhawatiran dari pihak militer terhadap kinerja pemerintahan yang dikelolah
oleh sipil.
“Memang ada kekhawatiran dari
militer, bukan berarti untuk kudeta militer, karena melihat sipil sekarang
kurang mampu menjalankan kepercayaannya dengan baik,” katanya.
(Berita liputan
dan wawancara dengan Andi Widjayanto di Wisma IntraAsia Tebet, Jakarta Selatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar