Selasa, 26 Februari 2013

SOMALIA HALANGI KEBEBASAN PERS


Sumber: MINA

(PERANG DUNIA XXX) --- Mogadishu// Media advokasi di Somalia khawatir  kasus terbaru terhadap wartawan yang mengekspos  kisah pemerkosaan geng, melibatkan anggota pasukan keamanan nasional akan berfungsi sebagai penghalang bagi para  wartawan seluruh negara, media allafrica.com melaporkan Senin (25/2) dari Mogadishu.

Wartawan Abdiaziz Abdinur Ibrahim ditangkap 10 Januari karena mengekspos  kisah tentang seorang wanita (27) yang menyatakan bahwa dirinya diperkosa oleh geng, terdiri lima tentara keamanan Somalia, Agustus 2012.

Abdiaziz Abdinur Ibrahim
Ibrahim ditahan selama satu bulan tanpa tuduhan, namun kemudian didakwa beserta korban dengan dakwaan  "menghina pasukan keamanan negara".  Awal bulan ini pengadilan regional di Mogadishu menyatakan  kedua terdakwa bersalah dan menghukum mereka satu tahun penjara.

Keduanya  naik  banding, dengan harapan ada vonis baru pada Rabu 27 Februari oleh Pengadilan Banding Mogadishu.

"Ini akan membuat jurnalis menghindari bertualang ke daerah-daerah yang akan menuntun mereka ke cerita berisiko seperti yang satu ini," kata Abdulahi Elmi, advokat media di Mogadishu. "Dan itu memiliki implikasi besar untuk situasi kebebasan pers yang sudah suram di negeri ini dan akan berpengaruh negative serta memperburuk situasi bagi pekerja media lokal."

Kasus ini memicu kecaman internasional. Organisasi Ham internasional Human Rights Watch (HRW) meminta pemerintah untuk menutup kasus keduanya. Menurut HRW tuduhan itu dianggap "tidak berdasar".

Persatuan Jurnalis Nasional Somalia menyebutnya suatu "kemunduran serius" bagi  kebebasan pers.
Namun pemerintah Somalia berulang kali menjauhkan diri dari kasus tersebut dengan dalih itu adalah masalah hukum dan bersikeras pada independensi peradilan negara.

Menyusul penangkapan Ibrahim, Presiden Hassan Sheikh Mohamud mengatakan bahwa pemerintahannya tidak akan mentolerir liputan negatif dari pers lokal.

Wartawan lokal yang mendukung Ibrahim mengatakan kepada Kantor Berita IPS bahwa mereka sekarang akan berpikir dua kali sebelum mewawancarai orang-orang penting dari pemerintah atau melaporkan cerita-cerita yang melibatkan penyumpangan pasukan keamanan.

"Ini adalah peringatan yang jelas bagi kami," kata seorang wartawan lokal IPS. Dia meminta anonimitas (identitas dirahasiakan)  karena ia takut terjadi tindakan pembalasan. (ABU DZAKIR).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar