Rabu, 06 Februari 2013

PERANG MALI TEWASKAN RATUSAN GERILYAWAN ISLAM



French clash with Mali Islamists in 'real war'


(PERANG DUNIA XXX) Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada Radio Europe 1, Rabu (6/2), pasukan Perancis dan Mali bentrok dengan kelompok yang menewaskan ratusan anggota gerilyawan Islam di dekat kota Gao, asharq-e.com melaporkan Rabu (6/2).


“Ada bentrokan kemarin. Ratusan  Al Qaida telah dibunuh oleh serangan udara Perancis dan pertempuran langsung di pusat  kota-kota utara, Konna dan Gao,” kata Le Drian.

Le Drian juga mengatakan pihak gerilyawan yang  telah diusir dari pusat  pertahanan  yang mereka kendalikan di Mali utara selama 10 bulan, memukul kembali tentara dengan tembakan roket pada Selasa.

"Setelah pasukan kami yang didukung  pasukan Mali, mulai patroli di sekitar kota-kota yang kita telah kuasai, mereka bertemu dengan sisa kelompok jihad yang masih berjuang. Para jihadis sekitar Gao menggunakan roket kemarin,” kata Le Drian yang juga aktif sebagai anggota Partai Sosialis Perancis.

Gerakan Tauhid dan Jihad (MUJAO) di Afrika Barat telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya menyerang posisi militer di Gao, kota terbesar di utara.

"Pertempuran ini belum berakhir. Serangan akan terus berlanjut," kata anggota MUJAO.

Tentara Perancis yang tewas  sejauh ini hanya pilot helikopter pada awal operasi militer 27 hari yang lalu. Sedangkan Mali mengatakan 11 tentara yang tewas dan terluka 60 setelah pertempuran di Konna bulan lalu,  saat ini belum ada rilis jumlah korban tewas  terbaru.

Perancis meluncurkan intervensi kejutan di bekas negeri jajahannya pada 11 Januari sebagai serangan terhadap  kelompok Islam yang menguasai bagian utara Mali pasca kudeta militer yang kemudian  menuju ibukota, Bamako.

 

“Hampir 4.000 tentara Perancis telah dikerahkan, jumlah yang tidak akan bertambah,” kata Le Drian. “Kekuatan pasukan kami sesuai dengan penyebaran pasukan Perancis di Afghanistan pada puncaknya tahun 2010.”

Hollande menegaskan penarikan
pasukan Maret

Presiden Perancis Francois Hollande menegaskan melalui juru bicara pemerintah kepada para wartawan, "Presiden menegaskan,  jika semuanya berjalan sesuai dengan rencana, jumlah pasukan Perancis di Mali akan mulai ditarik  sejak bulan Maret."

Hollande yang mengambil keputusan mengejutkan untuk campur tangan di Mali mengatakan dalam kunjungannya ke Mali Sabtu (2/2), Perancis akan tinggal selama diperlukan.

 

Kelompok Islam telah melakukan sedikit perlawanan, mayoritas dari mereka melarikan diri ke Adrar des Ifoghas sekitar Kidal, daerah  pegunungan terjal dengan gua-gua di mana diyakini tempat tujuh sandera Perancis ditahan.

Kidal adalah benteng kunci terakhir dari kelompok pejuang Islam yang kini berada di bawah kendali pasukan Perancis dan 1.800 tentara pasukan Chad, tetapi jet tempur Perancis terus menggempur pos-pos sekitar wilayah  gurun terpencil itu.

Pejuang Islam sering bersembunyi di daerah itu. Militer Perancis mengatakan pihaknya berencana terus menghujani mereka  dengan bom agar keluar  dan memotong jalur logistik mereka.

Sementara itu kelompok oposisi Tuareg, Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA)  sekuler  yang terlibat dalam kudeta  untuk kemerdekaan tahun lalu mengatakan mereka  bekerja dengan Perancis melawan kelompok pejuang Islam di wilayah tersebut. Pilihan bersekutu itu mereka ambil setelah mereka terpinggirkan oleh kelompok Islam yang memberlakukan hukum Islam.

MNLA mengatakan Rabu, pihaknya telah merebut kembali kota Menaka, 80 kilometer (50 mil) dari perbatasan Niger.


Le Drian mengatakan Perancis memiliki hubungan fungsional dengan kelompok Kidal (MNLA) tetapi memerangi kelompok pejuang Islam  bersama mereka adalah bukan tujuan kami." (ABU DZAKIR).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar