(PERANG DUNIA XXX) --- Teheran//
Pengamat kebijakan Afrika, Nii Akuetteh di Washington mengatakan saat di
wawancara Press TV, intervensi Perancis ke Republik Afrika Tengah (CAR) jauh
lebih mengganggu dari pada di Mali, Rabu (27/3).
”Menurut saya intervensi
Perancis ke CAR jauh lebih mengganggu dari pada di Mali. Kami tidak tahu rincian lengkapnya. Jadi saya sangat tertarik untuk mencari tahu
apa yang terjadi tetapi yang kita
tahu itu sangat mengganggu,”
kata Akuetteh kepada Press TV via telepon.
Perancis telah mengirimkan 350 tentaranya ke CAR. Menurut
Akuetteh ini adalah kedua kalinya dalam
tiga bulan pasukan Perancis
pergi ke wilayah Sahara Afrika. Yang pertama pada bulan Januari di Mali
dan kini ke CAR.
“Saya benar-benar melihat dua situasi yang sangat berbeda karena intervensi Prancis di Mali pada Januari sebenarnya diminta oleh Afrika dan direstui oleh PBB,” kata aktivis kelahiran Ghana itu.
Menurut mantan Direktur Eksekutif Africa Action (Aksi Afrika) dan editor Trans Afrika itu, intervensi Perancis sangat mengganggu karena pemerintah CAR yang baru saja digulingkan, Presiden Francois Bozize yang melarikan diri dari negaranya telah meminta dukungan Perancis, tapi Perancis menolak, dan orang Afrika tidak meminta bantuan itu serta PBB belum memberi izin.
“Saya benar-benar melihat dua situasi yang sangat berbeda karena intervensi Prancis di Mali pada Januari sebenarnya diminta oleh Afrika dan direstui oleh PBB,” kata aktivis kelahiran Ghana itu.
Menurut mantan Direktur Eksekutif Africa Action (Aksi Afrika) dan editor Trans Afrika itu, intervensi Perancis sangat mengganggu karena pemerintah CAR yang baru saja digulingkan, Presiden Francois Bozize yang melarikan diri dari negaranya telah meminta dukungan Perancis, tapi Perancis menolak, dan orang Afrika tidak meminta bantuan itu serta PBB belum memberi izin.
Berbagai komentar datang setelah Perancis mengirim 350 tentara ke CAR untuk melawan para pejuang Seleka yang menguasai ibukota Bangui.
Menurut seorang pejabat senior Perancis yang berbicara dengan syarat anonim (dirahasiakan namanya), Ahad (24/3), sekitar 150 personel militer Perancis dikirim dari Libreville, ibukota Gabon, sehari setelah 200 tentara Perancis tiba di Bangui.
Ada banyak sumber daya mineral, termasuk emas dan berlian di CAR. Namun, negara itu sangat miskin dan telah menghadapi serangkaian pemberontakan dan kudeta sejak memperoleh kemerdekaan pada 1960.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar