Kamis, 07 Februari 2013

PERANCIS MINTA PASUKAN PENJAGA PERDAMAIAN DI MALI



 Copy of iol pic afr Mali Fighting~8


(PERANG DUNIA XXX) - Pemerintah Perancis, setelah pembicaraan tertutup Dewan Keamanan PBB menyerukan permintaan pasukan penjaga perdamaian untuk mengambil tongkat estafet keamanan di Mali, situs kantor berita Afrika Selatan iol.co.za melaporkan Kamis (7/2).

"Setelah keamanan terjamin, kita pasti bisa membayangkan, tanpa mengubah struktur, ini terjadi dalam rangka operasi penjaga perdamaian," kata Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius kepada wartawan di Paris.

PBB masih mempertimbangkan untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Mali, setelah mendengar usulan dari Paris yang juga mengatakan bahwa pasukan Perancis berhasil menewaskan ratusan gerilyawan, namun mereka masih terus bertahan di bawah serangan.

“Pasukan penjaga perdamaian bisa berada di lokasi bulan April, menggabungkan tentara yang dikerahkan di bawah bendera kekuatan intervensi Afrika Barat, AFISMA, yang berada dalam misi PBB,” kata Fabius yang juga adalah mantan Perdana Menteri Perancis era 1984-1986.

 
"Ini memberikan keuntungan, pasukan keamanan menjadi di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan juga di bawah pembiayaannya," tambahnya.

Duta Besar Perancis untuk PBB, Gerard Araud mengatakan PBB akan mengambil "beberapa minggu" untuk melakukan penilaian tentang pengiriman pasukan penjaga perdamaian.

Kepala penjaga perdamaian PBB Herve Ladsous mengaku keberatan dengan apa yang diajukan oleh pemerintah transisi Bamako, tapi ia mengatakan kekuatan semacam itu didukung oleh Uni Afrika, Masyarakat Negara Afrika Barat dan anggota kunci PBB.

"Saya kira jelas ada keinginan bersama dari masyarakat internasional untuk melakukan apa yang perlu dilakukan di Mali," kata Ladsous pada konferensi pers di New York. Dia menegaskan PBB sudah bekerja pada "skenario yang mungkin berbeda."

Diplomat dan pejabat PBB itu mengatakan sebagian besar pasukan penjaga perdamaian akan datang dari tentara yang ditawarkan oleh negara-negara Afrika Barat.


 

Lebih dari 6.000 tentara telah dijanjikan sebagai kekuatan sementara di Afrika Barat. Ada juga sekitar 2.000 tentara Chad berjuang bersama pasukan Perancis yang masuk ke Mali pada 10 Januari untuk menghentikan barisan kelompok pejuang Islam yang melawan Bamako.

Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada Radio Europe 1, Rabu (6/2), pasukan Perancis dan Mali bentrok dengan kelompok yang menewaskan ratusan anggota gerilyawan Islam di dekat kota Gao.

“Ada bentrokan kemarin. Ratusan  Al Qaida telah dibunuh oleh serangan udara Perancis dan pertempuran langsung di pusat  kota-kota utara, Konna dan Gao,” kata Le Drian.


Le Drian juga
mengatakan pihak gerilyawan yang  telah diusir dari pusat  pertahanan  yang mereka kendalikan di Mali utara selama 10 bulan, memukul kembali tentara dengan tembakan roket pada Selasa.
Gerakan Tauhid dan Jihad (MUJAO) di Afrika Barat telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya menyerang posisi militer di Gao, kota terbesar di utara.

"Pertempuran ini belum berakhir. Serangan akan terus berlanjut," kata anggota MUJAO.

Tentara Perancis yang tewas  sejauh ini hanya pilot helikopter pada awal operasi militer 27 hari yang lalu. Sedangkan Mali mengatakan 11 tentara yang tewas dan terluka 60 setelah pertempuran di Konna bulan lalu,  saat ini belum ada rilis jumlah korban tewas  terbaru.

Surat kabar Perancis melaporkan, Kamis (7/2) bahwa intervensi militer telah merugikan Prancis 70 juta euro ($ 95 juta) dengan kenaikan angka sebesar 2,7 juta euro per hari.

“Pihaknya telah mendapatkan kembali akses untuk operasi bantuan di pusat Mali, dan berharap segera dapat beralih ke utara, di mana ranjau darat dan gerilyawan yang tersisa masih menimbulkan ancaman keamanan,” kata pejabat PBB, David Gressly, Rabu, yang mengarahkan operasi kemanusiaan PBB  di wilayah konflik itu.

"Kita bisa memiliki akses selama beberapa hari mendatang. Sekitar 500.000 orang menghadapi kelaparan di utara," tambahnya.

Perancis meluncurkan intervensi kejutan di bekas negeri jajahannya pada 11 Januari sebagai serangan terhadap  kelompok Islam yang menguasai bagian utara Mali pasca kudeta militer yang kemudian  menuju ibukota, Bamako. (ABU DZAKIRA).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar