Kamis, 09 Mei 2013

KELOMPOK BERSENJATA BURUAN TUNISIA, VETERAN PEJUANG MALI





(PERANG DUNIA XXX) --- Tunis// Menteri Dalam Negeri Lotfi Ben Jeddou mengatakan Rabu (8/5), bahwa kelompok bersenjata buruan tentara Tunisia di perbatasan dengan Aljazair adalah veteran pejuang Islam di Mali, Modern Ghana melaporkan yang dikutip mujahidbayangan.blogspot.com (MBB.com).

"Mereka datang dari Mali," kata Ben Jeddou saat sesi terbuka di majelis nasional, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang kelompok bersenjata itu.

Tentara Tunisia mengintensifkan pencarian seminggu yang lalu terhadap kelompok bersenjata yang bersembunyi di wilayah perbatasan terpencil, yang disalahkan atas serangan terhadap sebuah pos perbatasan pada Desember yang menewaskan seorang polisi.

Selasa, Kementerian Dalam Negeri mengakui bahwa kelompok itu memiliki hubungan dengan Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM).

Ben Jeddou tidak mengatakan apakah para pejuang Islam dari Mali telah bergabung dengan kelompok jihad di Tunisia sebelum atau setelah Perancis melakukan intervensi militer di Mali.

Sebuah serangan menghancurkan oleh kelompok bersenjata di pabrik gas di gurun Aljazair pada Januari, menewaskan puluhan sandera asing. Serangan itu dikaitkan dengan invasi Perancis ke Mali. Aljazair mengatakan 11 dari 32 penyerang berkebangsaan Tunisia.

Menurut Ben Jeddou, kedua kelompok bersenjata yang diburu di Tunisia sekitar 30 orang yang terletak di sekitar Gunung Chaambi. Kelompok kedua lebih kecil yang berbasis di wilayah utara Kef.

"Setengah dari mereka Tunisia dan setengahnya Aljazair," kata Ben Jeddou.

Kelompok Chaambi telah diburu sejak serangan mematikan di pos perbatasan pada bulan Desember. Perburuan telah ditingkatkan akhir bulan lalu, ketika bom yang ditanam oleh gerilyawan mulai menyebabkan luka pada angkatan bersenjata yang menyisir daerah. Sejauh ini, 16 tentara dan penjaga nasional telah terluka, beberapa serius.

Dalam tiga hari terakhir, dua tersangka kaki tangan para kelompok bersenjata telah ditangkap, membuat  jumlah tersangka yang ditahan di wilayah sejak Desember menjadi 37 orang.

Menteri Pertahanan Rachid Sabbagh mengatakan bahwa pencarian telah dipersulit oleh kurangnya peralatan tentara yang tepat, terutama untuk mendeteksi bahan peledak rakitan yang ditempatkan di sekitar Gunung Chaambi.

"Operasi ranjau belum menghasilkan hasil yang bagus. Kita perlu melatih anjing pelacak," katanya kepada parlemen dalam sesi yang sama.

Sebelumnya, Rabu, Perdana Menteri Ali Larayedh bersikeras bahwa situasi keamanan di Tunisia membaik dan kelompok-kelompok bersenjata buronan akan dikalahkan.

"Kami akan mengejar, membongkar struktur mereka dan membawa mereka ke pengadilan," kata Larayedh.

Kelompok-kelompok bersenjata telah disalahkan atas beberapa gelombang kekerasan, terutama serangan terhadap kedubes Amerika Serikat September lalu dan pembunuhan seorang pemimpin oposisi sayap kiri pada bulan Februari. (Abu Dzakir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar