Jumat, 19 April 2013

TURKI: SUDAH WAKTUNYA HENTIKAN KEJAHATAN PERANG DI SURIAH





(PERANG DUNIA XXX) --- Ankara// Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu di Ankara mengatakan, Kamis (18/4), bahwa sudah waktunya bertindak untuk menghentikan kejahatan perang di Suriah, Anadolu Agency melaporkan.

Berbicara melalui saluran pribadi kepada TV CNN Turki, Ahmet Davutoglu mengungkapkan bahwa jumlah rudal Scud yang ditembakkan dari Damaskus ke Aleppo mencapai 205. 

"Setiap kali sebuah rudal Scud dilepas, sebuah lingkungan di Suriah menghilang. Dan ini adalah kejahatan perang," kata Davutoglu.

"Sekarang saatnya untuk bertindak atas kejahatan perang. Mereka yang melakukan kejahatan perang harus membayar. Tidak ada yang bisa membantah bahwa serangan rudal Scud seperti itu bukan kejahatan perang."

Menurut menteri bergelar profesor itu, semua tuduhan tentang penggunaan senjata kimia di Suriah harus diselidiki dan tidak harus ditutup-tutupi. Delegasi PBB yang ditugaskan menyelidiki dugaan tersebut masih belum mendapat izin dari rezim Suriah untuk memasuki negara konflik tersebut.

"Sangat penting untuk membangun bantuan koridor kemanusiaan di Suriah. Jumlah warga Suriah yang melarikan diri ke Turki mendekati 200.000. Sebuah sikap yang jelas harus ditampilkan untuk memberikan bantuan kepada mereka di Suriah yang mencoba untuk tetap hidup dibom, "kata Davutoglu.

Mantan penasehat utama Perdana Menteri itu mengungkapkan bahwa pertemuan Menteri Luar Negeri Sahabat Suriah di Istanbul pada akhir pekan akan fokus pada tema mengakhiri tirani di Suriah.
                                                          
"Rezim Suriah terus menerima senjata. Dunia kini menutup mata mereka terhadap pembantaian Suriah. Sebuah pesan yang jelas dan pasti harus dikirimkan ke administrasi Suriah,” tegas Davutoglu.

Pada pertemuan terakhir dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Istanbul, Davutoglu menyebutkan bahwa ada perbedaan pendapat antara Turki dan Rusia di Suriah.

"Kedua belah pihak tidak menyembunyikan perbedaan pendapat. Kami mengadakan pembicaraan yang sangat rinci dengan Lavrov. Negara tidak harus setuju 100 persen dengan masing-masing lainnya," kata Davutoglu. "Yang penting adalah menjaga saluran dialog terbuka tentang isu-isu di mana tidak ada kesepakatan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar