Oleh: Abu Dzakir
(PERANG DUNIA XXX) --- Jeddah// Organisasi
Kerjasama Islam (OKI) mendesak pemerintah Burma (Myanmar) agar mengijinkan
delegasi menteri negara OKI membahas kekerasan anti-Muslim di negara Budha
tersebut, On Islam melaporkan, Senin (15/4), yang dipantau Mi’raj News Agency
(MINA).
Dalam pernyataannya, OKI menyeru otoritas
Myanmar untuk serius menanggapi seruan organisasi dan memungkinkan delegasi menteri
OKI untuk mengunjungi Myanmar.
Lebih dari 43 orang tewas dan
beberapa masjid dibakar dalam seminggu kekerasan sektarian di pusat kota
Meiktila awal bulan ini.
Kekerasan anti-Muslim dimulai dari
sebuah perdebatan antara pasangan Budha dan pemilik toko emas yang Muslim dan
kemudian menyebar ke beberapa kota di Myanmar Tengah.
Para biksu disalahkan karena
menghasut kebencian terhadap umat Islam dengan pemberitaan negatif yang disebut "Gerakan 969", yang
merupakan bentuk radikal nasionalisme anti-Islam yang mendesak umat Buddha
memboikot Muslim yang mengelolah toko dan pusat pelayanan.
Kerusuhan itu terjadi setelah
serangan terhadap etnis Muslim Bengali, yang dikenal sebagai Rohingya, dalam bentrokan
sektarian yang mematikan di Myanmar Barat.
"Kekerasan seperti ini
merupakan indikasi yang jelas dari pendekatan negatif pemerintah dalam
menangani ketegangan etnis dan agama yang meletus musim panas lalu," kata
Sekretaris Jenderal OKI Ekmeleddin Ihsanoglu dalam pidatonya pada pertemuan darurat
Kelompok Kontak OKI, Ahad (14/5).
Pemimpin OKI mengkritik penolakan
pemerintah Myanmar mengizinkan delegasi OKI mengunjungi Myanmar untuk memeriksa
laporan kekerasan anti-Muslim.
"Meskipun upaya kami untuk
membangun komunikasi dengan pihak berwenang di Myanmar dengan memilih tokoh
terkemuka dari negara tetangga untuk mengunjungi Myanmar dan membuka diskusi
dengan para pejabat, namun pemerintah tidak responsif," kata Ihsanoglu.
Dibentuk pada bulan September tahun
lalu, Kelompok Kontak mencakup 11 dari 57 anggota OKI, yaitu Afghanistan, Arab
Saudi, Bangladesh, Brunei, Djibouti, Mesir, Uni Emirat Arab, Indonesia,
Malaysia, Sudan dan Turki.
Bulan Oktober, OKI mencoba membuka
kantor di Myanmar untuk membantu Muslim di sana, tapi langkah itu diblokir oleh
Presiden Myanmar Thein Sein menyusul protes besar-besaran oleh para biksu
Budha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar