Jumat, 12 April 2013

HUMAS POLRI: TUGAS DENSUS 88 BUKAN UNTUK MEMBUNUH



Boy Rafli Amar (ist)

(PERANG DUNIA XXX) --- Jakarta// Brigjen Boy Rafli Amar sebagai Humas Polri dalam acara diskusi di gedung PP Muhammadiyah mengatakan bahwa tugas Densus 88 bukan untuk membunuh, Kamis (11/4), Jakarta Pusat.

“Tugas densus bukan untuk membunuh,” kata Boy ketika menjawab kritikan beberapa tokoh ulama dalam acara diskusi tersebut, terkait maraknya bukti kekerasan yang dilakukan aparat Densus dan mudahnya korban terduga teroris ditembak mati.

Namun, Boy mengatakan bahwa tindakan anggota Densus yang membuat banyak umat Islam marah, dalam konteks untuk menegakkan hukum terkait ditemukannya aksi membawa senjata dan membuat bom.

“Kami tidak setuju jika terorisme diidentikkan dengan Islam, yang dilihat oleh petugas adalah perbuatan. Hal ini yang kami sampaikan kepada pihak luar bahwa ini adalah kekerasan dan kejahatan,” kata polisi yang pernah ke Bosnia sebagai Wakil Komandan Kontingen Garuda XIV tahun 1999.

Sementara itu, menanggapi tersebarluasnya video rekaman kekejaman Densus 88 terhadap beberapa warga Poso terduga teroris, Boy mengatakan bahwa kepolisian tidak akan menutup-nutupi bahwa itu adalah suatu kesalahan.

“Apa bila itu suatu kekeliruan, kami tidak mau menutup-nutupi bahwa ada kesalahan. Peristiwa itu sudah diproses secara pidana. Itu tidak ditutupi, kami jelaskan kepada masyarakat,” kata Boy.

Ulama Poso, Adnan Harlan yang hadir dalam acara diskusi, mengkonfirmasi bahwa video yang tersebar luas adalah video asli yang diambil antara tahun 2006-2007. 

”Kami masih memiliki banyak rekaman video lainnya,” kata Adnan yang merupakan ulama yang terlibat dalam setiap perjanjian di Poso antara pihak yang terlibat konflik.

Sementara itu, di sela-sela acara,tuntutan pembubaran Densus 88 kembali disampaikan oleh beberapa tokoh ulama yang hadir, seperti Ketua Majelis Mujahidin Abu Jibril, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad al-Khaththath, Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir, dan Ketua MUI Kholil Ridwan.

“Keberadaan Densus harus di evaluasi, jika perlu dibubarkan,” kata al-Khaththath.

“Saya termasuk orang yang terteror dengan adanya Densus 88. Saya tidak setuju Densus 88 dibubarkan sebelum diusut,” kata Bachtiar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar