(PERANG DUNIA XXX) --- Khartoum// Wakil Presiden
Sudan mencoba merangkul kelompok gerakan perlawanan dengan mengundang mereka
dalam pembicaraan mengenai konstitusi baru, Selasa (26/3), Khartoum, lansir
media Modern Ghana yang dipantau Mi’raj News Agency (MINA).
“Kelompok gerakan perlawanan Sudan dipersilakan bergabung dalam
pembicaraan konstitusi baru bagi
negara,” kata seorang pejabat tinggi
pemerintah.
Hal tersebut menunjukkan pemerintah merangkul kelompok yang
telah lama menolak berdialog dengan rezim.
Tokoh undangan wakil presiden yang paling kuat di negara itu adalah Ali Osman Taha yang datang karena mencairnya ketegangan dengan tetangga Sudan Selatan.
Tuduhan Khartoum bahwa pemerintah Selatan di Juba mendukung kelompok Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N) menjadi hambatan besar bagi peningkatan hubungan bilateral kedua negara.
Taha telah dikucilkan oleh Ketua SPLM-N Agar Malik dan Wakil Ketua Abdel
Aziz Al-Hilu.
Namun pada konferensi pers pertamanya setelah lebih dari dua tahun, Taha menyeru kedua pimpinan SPLM-N tersebut, serta partai politik oposisi, untuk bergabung dalam proses pembuatan konstitusi.
"Agar Malik dan Abdel Aziz Al-Hilu memiliki hak yang sama, karena semua orang Sudan, untuk berpartisipasi dalam konstitusi baru," kata Taha.
Sudan membutuhkan konstitusi baru untuk menggantikan dokumen 2005 berdasarkan kesepakatan damai yang mengakhiri 23 tahun perang saudara Sudan dan menyebabkan pemisahan Sudan Selatan pada Juli 2011.
Namun pada konferensi pers pertamanya setelah lebih dari dua tahun, Taha menyeru kedua pimpinan SPLM-N tersebut, serta partai politik oposisi, untuk bergabung dalam proses pembuatan konstitusi.
"Agar Malik dan Abdel Aziz Al-Hilu memiliki hak yang sama, karena semua orang Sudan, untuk berpartisipasi dalam konstitusi baru," kata Taha.
Sudan membutuhkan konstitusi baru untuk menggantikan dokumen 2005 berdasarkan kesepakatan damai yang mengakhiri 23 tahun perang saudara Sudan dan menyebabkan pemisahan Sudan Selatan pada Juli 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar