Oleh: Abu Dzakir
(PERANG DUNIA XXX) --- New York// Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) Ban Ki-moon dalam laporannya untuk Dewan Keamanan, Selasa (26/3), telah
mengusulkan kekuatan 11.200 tentara penjaga perdamaian di Mali.
Menurut Ban, kekuatan itu akan bekerja bersama dengan non-pasukan PBB untuk menjaga keamanan setelah pasukan Perancis meninggalkan negara Afrika Barat tersebut, Al Jazeera melaporkan.
Ban mengatakan pilihan itu akan memberikan kekuatan kepada pasukan African-led International Support Mission to Mali (AFISMA) pimpinan Mali. Pasukan perdamaian akan punya peran tempur dan memperluas misi politik PBB.
PBB akan bekerja dengan Uni Afrika dan pihak lain lain untuk cepat membangun dan meningkatkan kemampuan operasional gaya Afrika.
Ban menolak permintaan Afrika
Ban menolak permintaan dari Mali serta Uni Afrika dan kelompok regional Afrika Barat agar pasukan PBB melakukan operasi tempur melawan kelompok bersenjata. Ia mengatakan ini di luar doktrin penjaga perdamaian PBB.
Menurut Ban, kekuatan itu akan bekerja bersama dengan non-pasukan PBB untuk menjaga keamanan setelah pasukan Perancis meninggalkan negara Afrika Barat tersebut, Al Jazeera melaporkan.
Ban mengatakan pilihan itu akan memberikan kekuatan kepada pasukan African-led International Support Mission to Mali (AFISMA) pimpinan Mali. Pasukan perdamaian akan punya peran tempur dan memperluas misi politik PBB.
PBB akan bekerja dengan Uni Afrika dan pihak lain lain untuk cepat membangun dan meningkatkan kemampuan operasional gaya Afrika.
Ban menolak permintaan Afrika
Ban menolak permintaan dari Mali serta Uni Afrika dan kelompok regional Afrika Barat agar pasukan PBB melakukan operasi tempur melawan kelompok bersenjata. Ia mengatakan ini di luar doktrin penjaga perdamaian PBB.
“Pasukan
penjaga perdamaian tidak dilatih atau dilengkapi untuk berperang di padang
pasir dan pegunungan bagian utara Mali,” kata Ban.
Pejuang gerilyawan telah menyerang Gao, kota terbesar di utara, selama akhir pekan. Itu adalah serangan ofensiv terbesar ketiga yang dilakukan para pejuang, karena kota itu direbut kembali oleh operasi militer pimpinan Perancis pada akhir Januari.
Sekjen menyerukan dialog nasional yang diselenggarakan tanpa penundaan.
Dia juga mengatakan masyarakat dunia mengkhawatirkan situasi hak asasi manusia di Mali. Menurut laporan, di utara telah terjadi eksekusi, penangkapan ilegal, penggunaan anak-anak dalam konflik, pemerkosaan, kawin paksa, penghancuran dan penjarahan harta benda.
Dewan Keamanan dijadwalkan memberikan pengarahan Rabu atas rekomendasi Ban dan para diplomat berharap diadakan pemungutan suara untuk menyetujui pasukan penjaga perdamaian dapat diterjunkan pertengahan April.
Perancis meluncurkan operasi militer 11 Januari melawan kelompok bersenjata setelah mereka tiba-tiba mulai bergerak ke selatan untuk menguasai pemerintahan daerah dan kota-kota utama.
Didukung pasukan Chad, pasukan Prancis mengusir pejuang dari kota-kota besar di utara Mali, sehingga mereka bersembunyi di gurun dan terus melakukan serangan gerilya.
Perancis, mantan penguasa kolonial Mali, mengatakan tidak memiliki niat mempertahankan 4.000 tentaranya di Mali dalam jangka panjang dan rencana penarikan bertahap dimulai pada bulan April.
Pejuang gerilyawan telah menyerang Gao, kota terbesar di utara, selama akhir pekan. Itu adalah serangan ofensiv terbesar ketiga yang dilakukan para pejuang, karena kota itu direbut kembali oleh operasi militer pimpinan Perancis pada akhir Januari.
Sekjen menyerukan dialog nasional yang diselenggarakan tanpa penundaan.
Dia juga mengatakan masyarakat dunia mengkhawatirkan situasi hak asasi manusia di Mali. Menurut laporan, di utara telah terjadi eksekusi, penangkapan ilegal, penggunaan anak-anak dalam konflik, pemerkosaan, kawin paksa, penghancuran dan penjarahan harta benda.
Dewan Keamanan dijadwalkan memberikan pengarahan Rabu atas rekomendasi Ban dan para diplomat berharap diadakan pemungutan suara untuk menyetujui pasukan penjaga perdamaian dapat diterjunkan pertengahan April.
Perancis meluncurkan operasi militer 11 Januari melawan kelompok bersenjata setelah mereka tiba-tiba mulai bergerak ke selatan untuk menguasai pemerintahan daerah dan kota-kota utama.
Didukung pasukan Chad, pasukan Prancis mengusir pejuang dari kota-kota besar di utara Mali, sehingga mereka bersembunyi di gurun dan terus melakukan serangan gerilya.
Perancis, mantan penguasa kolonial Mali, mengatakan tidak memiliki niat mempertahankan 4.000 tentaranya di Mali dalam jangka panjang dan rencana penarikan bertahap dimulai pada bulan April.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar