(PERANG DUNIA XXX) --- Seorang juru bicara militer mengatakan , hari Minggu, 30 pesawat tempur melakukan serangan udara dengan membom tempat pelatihan
dan pusat logistik basis pejuang Islam di daerah Tessalit utara dekat Kidal, GlobalPost melaporkan Minggu
(3/2).
Serangan
utama ini dilakukan setelah kunjungan Presiden Perancis Francois Hollande di
ibu kota Mali, Bamako dan kota Timbuktu. Serangan tersebut menyerang tempat yang
diduga adalah benteng terakhir kelompok perjuangan Islam yang terus didesak
mundur dari gurun Mali Utara.
Hollande mengatakan Perancis
akan melanjutkan misi tempurnya
di Mali dan akan tinggal di negara itu selama diperlukan.
Sumber
kantor berita Perancis melaporkan bahwa sudah ada 150 tentara Chad di kota
Kidal. Penduduk mengatakan tentara Perancis
dan Chad telah
berpatroli di kota timur laut untuk pertama kalinya, Sabtu sebagai daerah Mali yang tersisa.
"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Kami
tidak menginginkan perang di sini,"
kata seorang pegawai balai kota.
Sementara itu Hollande merayakan kemenangan dengan
berkeliling setelah sukses melakukan invasi selama tiga minggu menggulingkan
kedudukan kelompok pejuang Islam yang
berkuasa di Mali Utara selama 10 bulan.
Pasukan
pimpinan Perancis menemukan sedikit perlawanan. Pejabat militer mengatakan, “Kelompok
Islamis kemungkinan besar melarikan diri ke daerah pegunungan sekitar Kidal.”
Pihak kelompok oposisi Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA) yang telah bersekutu dengan pemerintah
Mali dan Perancis mengatakan telah terlibat bentrok dengan pejuang Islam di
seluruh Tessalit, Jumat. MNLA awalnya bersekutu dengan kelompok Al-Qaeda
sebelum melakukan kesepakatan dengan pemerintah.
Daerah yang ditargetkan dalam serangan udara hari Minggu adalah daerah yang berbatasan dengan Aljazair. Aljazair tidak mau terseret ke dalam konflik Mali sehingga setuju wilayah udaranya dilalui dan digunakan oleh pesawat tempur Perancis.
Ketika Amerika dan Israel memuji agresi Perancis yang oleh pengamat
dianalisa akan mengalami ancaman perang lintas perbatasan, Taliban di
Afghanistan mengutuk tindakan Perancis. Taliban menyerukan agar umat Islam
bersatu dan melawan Perancis dan sekutunya.
"Pemerintah
Perancis telah menyerang mujahidin di Mali dan
Amerika telah
setuju untuk mendukung Perancis. Saya meminta seluruh dunia Muslim untuk bersatu karena ini merupakan perang ideologi," Kata juru bicara Taliban Ehsanullah Ehsan.
Pengamat politik Dan Glazebrook, sebagaimana dilaporkan Press TV (3/2),
intervensi Perancis di Mali
tidak akan menstabilkan
negara itu tetapi justeru akan mengarah pada destabilisasi seluruh wilayah.
“Kekuatan Barat telah terbukti menjadi pendusta dari waktu ke waktu dan jika kita lihat
hasil dari intervensi
mereka, mereka secara
konsisten telah menciptakan negara
gagal, negara yang tidak stabil. Mereka telah mengubah Irak menjadi
negara yang gagal, Afghanistan, Libya dan ketidakstabilan tidak pernah berhenti,” kata Glazebrook.
Banyak penduduk etnis Arab dan Tuareg melarikan diri karena khawatir dengan serangan balasan yang akan meningkat. Menurut laporan PBB, krisi ini telah menyebabkan 377.00 orang mengungsi, termasuk 150.000 orang yang mencari suaka di perbatasan Mali. (ABU DZAKIR)
Banyak penduduk etnis Arab dan Tuareg melarikan diri karena khawatir dengan serangan balasan yang akan meningkat. Menurut laporan PBB, krisi ini telah menyebabkan 377.00 orang mengungsi, termasuk 150.000 orang yang mencari suaka di perbatasan Mali. (ABU DZAKIR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar