PERANG DUNIA XXX --- CIAMIS- Setelah lebih dari 3 minggu jenazah Eri Riyanto alias Ahmad Kholil alias Abu Kholid, korban penembakan Densus 88 di teras Masjid Nur Al-Afiah, RS. Wahidin Sudirohusodo, dipulangkan ke kampung halamannya di Ciamis untuk dimakamkan pada Rabu (30/1/2013).
Abdullah,
yang turut mengurus kepulangan jenazah Ahmad Kholil menyampaikan bahwa
jenazah baru bisa dikembalikan kepada pihak keluarga setelah melalui
perjuangan panjang.
Istri dan anak-anak almarhum Ahmad Kholil pun harus tinggal di Jakarta berhari-hari demi mengurus pemulangan jenazah.
Akhirnya
keputusan bahwa jenazah bisa dipulangkan dan dimakamkan pihak keluarga
diterima. Hingga pada Selasa (29/1/2013), jenazah Ahmad Kholil keluar
RS. Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur dan diberangkatkan menuju
rumah orang tua almarhum di Dusun Pangolahan RT. 10 RW. 05 Desa
Karangmulya, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
“Jenazah
dimandikan dan mulai diberangkatkan dari RS. Polri Kramat Jati ba’da
maghrib lalu tiba di Ciamis sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Karena
waktu sudah malam, keluarga sepakat memakamkannya besok pagi sekitar
pukur 08.00 WIB dan selesai pukul 09.30 WIB,” kata Abdullah kepada
voa-islam.com, Kamis (31/1/2013).
Abdullah
yang mengiringi jenazah hingga ke rumah orang tua almarhum Ahmad Kholil
menuturkan bahwa pihak keluarga amat tabah dan bangga menerima
kedatangan jenazah.
“Keluarga
sangat tabah, meskipun tentunya mereka bersedih. Dari mulai ibunya,
istri dan keluarga lainnya, bahkan mereka bangga,” ungkapnya.
Sementara,
masyarakat Desa Karangmulya sendiri justru menyambutnya dengan baik,
hal ini jelas membantah prasangka kepolisian selama ini yang
mengkhawatirkan adanya penolakan terhadap pemakaman almarhum Ahmad
Kholil.
“Sambutan
dari masyarakat luar biasa, kampung yang awalnya sepi itu menjadi ramai
dengan gemuruh takbir dari mulai diberangkatkan dari rumah hingga
dimakamkan. Jadi kenyataan ini membantah sama sekali adanya isu
penolakan yang dikhawatairkan pihak kepolisian,” ucapnya.
Abdullah
yang sempat menyaksikan dan mengabadikan jenazah korban juga
menyampaikan kondisi jenazah almarhum Ahmad Kholil, dimana banyak
ditemukan lubang bekas luka tembak yang menyebabkannya wafat.
“Jenazah
terdapat bekas jahitan dari leher hingga ke pusar. Lalu yang kelihatan
ada 2 lubang bekas luka tembak dari arah kiri bagian pinggang tembus
agak serong ke atas pinggang sebelah kanan. 1 lubang di punggung kanan
dekat belikat. 1 lubang di betis kanan. Itu saja yang saya ingat,”
tuturnya.
Selain
itu, ia bersama kaum muslimin yang menyertai pemakaman Ahmad Kholil,
menyaksikan tanda-tanda syahid (insya Allah) pada jenazah. Sekaligus, ia
juga membantah mereka yang meragukan tanda-tanda syahid tersebut.
"Jelas
sekali bahwa jenazah berkeringat. Ada diantara orang-orang yang
menyangsikan bahwa itu bekas pendingin. Namun, faktanya jenazah itu
sudah terlebih dahulu dimandikan dan diguyur air. Lalu dari sejak
dimandikan dibawa ke kampung halaman dari Jakarta ke Ciamis kan lebih
dari dari empat jam dan baru dikuburkan besok pagi,” jelasnya.
Untuk
diketahui, Ahmad Kholil ditembak Densus 88 di teras masjid Nur Al-Afiah
RS. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulsel, sekitar pukul 10.00 WIB
menjelang shalat Jum’at (4/1/2013).
Menurut
kesaksian Endang, istri korban suaminya pergi ke rumah sakit hendak
menjenguk temannya yang sakit sekitar pukul 08.30 WIB.
Endang
juga membantah pernyataan kepolisian bahwa suaminya membawa senjata api
dan melakukan perlawanan. Sebab menurut Endang, tidak mungkin suaminya
membawa senjata api sebab ia hanya ingin membesuk temannya yang sakit
dan saat itu hanya membawa kue untuk dagangan sehari-hari. Selain itu
Ahmad Kholil juga tinggal menetap dan tak pernah pergi ke Poso untuk
mengikuti pelatihan militer.
Kepergian
Ahmad Kholil yang begitu tragis diberondong tembakan oleh Densus 88,
membuat sang istri terpukul, sebab Kholil adalah kepala keluarga,
apalagi sang istri kini tengah mengandung anak kelima. Almarhum Ahmad
Kholil meninggalkan seorang istri dan empat orang anak; Kholid, Ayash,
Najwa dan Faruq yang kini menjadi yatim. Namun demikian, Endang tetap
tegar, sebab keinginan dan cita-cita sang suami untuk syahid di jalan
Allah akhirnya terwujud. [Ahmed Widad]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar