(PERANG DUNIA XXX) --- Khartoum// Pihak
PBB mendesak diberi akses langsung untuk membantu ribuan warga sipil di Labado
dan Muhagiriya, timur ibukota Nyala, Darfur Selatan, yang dikuasai Tentara Pembebasan Sudan dari
faksi Minni Minnawi, Selasa (16/4), Independent Online melaporkan yang dipantau
Mi’raj News Agency (MINA).
Pihak berwenang menganggap daerah tersebut
sudah tidak aman lagi bagi lembaga bantuan untuk masuk, tetapi pejabat PBB
berpendapat lain.
"Situasi tampaknya akan berubah
dengan cepat di lapangan," kata Mark Cutts, Kepala Dinas PBB untuk
Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Sudan.
Ali Al-Za'tari, Pimpinan PBB di
Khartoum, mengatakan data pemerintah menunjukkan bahwa sekitar 36.000 orang
telah berkumpul di sekitar pangkalan pasukan penjaga perdamaian internasional
di Muhagiriya dan Labado.
"Laporan yang diterima oleh PBB
menunjukkan wabah diare pada anak membutuhkan bantuan mendesak dan
segera," kata Za'tari.
Ia mengatakan pekerja bantuan
memerlukan akses segera untuk menilai kondisi masyarakat dan memberikan bantuan
kemanusiaan.
Za'tari mendesak pemerintah dan
faksi Minnawi menegakkan tanggung jawab
kemanusiaan mereka untuk melindungi semua penduduk sipil.
Dia menekankan bahwa warga sipil
yang ingin meninggalkan daerah itu harus diperbolehkan dengan perjalanan yang
aman.
"Semua layanan normal telah
terganggu," kata Cutts. "Terlalu banyak warga sipil menderita di Darfur.
Kita perlu pertempuran ini berhenti."
Cutts mengatakan bahwa pertempuran
terakhir jelas merupakan kemunduran bagi semua orang yang bekerja untuk
membangun perdamaian dan menempatkan Darfur kembali di jalan menuju pemulihan
dan pembangunan.
Namun dia mengatakan, wilayah yang seukuran
Perancis itu "relatif stabil" dan menawarkan kesempatan yang baik
untuk membangun kembali.
Sebuah konferensi donor diadakan di
Qatar pekan lalu yang didukung strategi enam tahun, bertujuan untuk memindahkan
Darfur jauh dari bantuan makanan dan bantuan darurat lainnya kepada peletakan
dasar untuk perkembangan pembangunan yang terus menerus.
Namun, Kanada mengatakan dalam
pertemuan, bahwa mereka menghadapi penghalang untuk pengembangan dan upaya
stabilisasi di Darfur, karena keamanan telah memburuk.
Kanada mengatakan sering ada
penundaan dan penolakan dari izin perjalanan.
Pada konferensi yang sama Uni Eropa
mengatakan badan-badan bantuan masih menghadapi pembatasan akses.
Khartoum baru-baru ini mengambil
langkah-langkah dan mengatakan akan memudahkan para pekerja bantuan untuk
mengunjungi proyek-proyek mereka.
"Komitmen pemerintah telah
mengizinkan kita untuk bergerak bebas di semua tempat di mana tidak ada operasi
militer yang sedang berlangsung," kata Cutts.
Pasukan
pemerintah menyerang
Sementara itu, juru bicara Tentara
Pembebasan Sudan dari faksi Minni Minnawi di London mengatakan, Selasa, pasukan
pemerintah Sudan menyerang kota yang telah dikuasai kelompoknya di Darfur Selatan.
"Pagi ini (Selasa) kami menolak
serangan pemerintah pada Labado," kata Mohammed Taha Nuraldim, perwakilan
faksi Minni Minnawi di Lonson kepada kantor berita Perancis.
Gerakan pelawanan mulai menduduki
Labado dan Muhagiriya sejak 10 hari yang lalu, kota strategis yang terletak
sekitar 100 kilometer (60 mil)sebelah timur dari ibu kota Nyala, Sudan Selatan.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Sudan
Abdelrahim Mohammed Hussein berjanji untuk bergerak melawan gerakan perlawanan.
Minnawi dan gerakan perlawanan etnis
lainnya di wilayah Darfur, Sudan Barat, bangkit melawan pemerintah Khartoum
yang didominasi etnis Arab pada tahun 2003.
Faksi sempalan gerakan perlawanan
menandatangani perjanjian perdamaian 2011 dengan pemerintah, tetapi Minnawi dan
kelompok-kelompok gerakan perlawanan utama lainnya menolak perjanjian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar