(PERANG DUNIA XXX) --- Mogadishu// Pejabat
bantuan pangan mengatakan di tahun 2011 kelaparan di Somalia menewaskan sekitar
260.000 orang, setengah dari korban adalah balita, situs Medical Daily melaporkan,
Senin (29/4).
Sistem Jaringan Peringatan Dini Kelaparan (Famine Early Warning Systems Network/FEWSN) membuat laporan yang diperkirakan akan dipublis Kamis (2/5). Studi ini didanai oleh Lembaga Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (United States Agency for International Development/USAID) dan Unit Ketahanan Pangan dan Analisis Gizi Somalia.
Sebuah studi sebelumnya FEWSN menemukan bahwa kebutuhan untuk bantuan kemanusiaan di Somalia sangat menurun 50 persen, dengan bantuan diperkirakan $ 1,05 juta sejak Agustus 2012. Diduga karena musim hujan yang lebih baik menghasilkan makanan bagi masyarakat dan ternak.
Laporan estimasi baru memperhitungkan darurat dan peristiwa yang terkait dengan bencana. Angka-angka itu jauh dari angka yang dipublikasikan oleh Departemen Pembangunan Internasional (Department for International Development /DflD) tahun lalu yang diperkirakan 50.000 dan 100.000 orang. Lebih dari setengah jumlah di bawah usia lima tahun yang meninggal pada 2011 dari Tanduk Afrika, termasuk Somalia, Ethiopia dan Kenya.
Sementara Menteri Kesehatan Somalia menolak untuk mengomentari tingginya angka kematian. Perwakilan lembaga Dana Anak-Anak PBB (United Nations Children's Fund/UNICEF) mengatakan pasukan internasional harus merombak cara mereka menanggapi krisis kelaparan. Jika respon bantuan terlambat, berarti akan menempatkan ribuan nyawa dalam bahaya.
Menurut sebuah studi oleh Oxfam dan Save the Children, donatur kaya terlambat menanggapi krisis kelaparan 2011 karena gagalnya para relawan kemanusiaan dan pengembangan sistem.
Para pemimpin bantuan menyarankan pemerintah dan masyarakat internasional yang meninjau pendekatan saat ini untuk mengatasi krisis, tidak menunggu kepastian sebelum menanggapi dan mengembangkan pendekatan umum untuk memicu tindakan dini.
Pada 7 Mei, pemerintah Inggris dan Somalia akan menjadi tuan rumah Konferensi Somalia 2013 yang mereka berharap akan membangun kembali pasukan negara dan politik bersenjata, keadilan dan sistem manajemen keuangan.
Sejarah konflik Somalia dan penurunan pemerintah muncul pada 1980-an dari puncak perang antar negara tetangga yang menciptakan ketegangan lebih tinggi antar suku. Hal ini juga terjadi setelah penumbangan diktator militer Mohamed Siad Barre yang kehilangan kendali atas negara dan pasukannya.
Sistem Jaringan Peringatan Dini Kelaparan (Famine Early Warning Systems Network/FEWSN) membuat laporan yang diperkirakan akan dipublis Kamis (2/5). Studi ini didanai oleh Lembaga Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (United States Agency for International Development/USAID) dan Unit Ketahanan Pangan dan Analisis Gizi Somalia.
Sebuah studi sebelumnya FEWSN menemukan bahwa kebutuhan untuk bantuan kemanusiaan di Somalia sangat menurun 50 persen, dengan bantuan diperkirakan $ 1,05 juta sejak Agustus 2012. Diduga karena musim hujan yang lebih baik menghasilkan makanan bagi masyarakat dan ternak.
Laporan estimasi baru memperhitungkan darurat dan peristiwa yang terkait dengan bencana. Angka-angka itu jauh dari angka yang dipublikasikan oleh Departemen Pembangunan Internasional (Department for International Development /DflD) tahun lalu yang diperkirakan 50.000 dan 100.000 orang. Lebih dari setengah jumlah di bawah usia lima tahun yang meninggal pada 2011 dari Tanduk Afrika, termasuk Somalia, Ethiopia dan Kenya.
Sementara Menteri Kesehatan Somalia menolak untuk mengomentari tingginya angka kematian. Perwakilan lembaga Dana Anak-Anak PBB (United Nations Children's Fund/UNICEF) mengatakan pasukan internasional harus merombak cara mereka menanggapi krisis kelaparan. Jika respon bantuan terlambat, berarti akan menempatkan ribuan nyawa dalam bahaya.
Menurut sebuah studi oleh Oxfam dan Save the Children, donatur kaya terlambat menanggapi krisis kelaparan 2011 karena gagalnya para relawan kemanusiaan dan pengembangan sistem.
Para pemimpin bantuan menyarankan pemerintah dan masyarakat internasional yang meninjau pendekatan saat ini untuk mengatasi krisis, tidak menunggu kepastian sebelum menanggapi dan mengembangkan pendekatan umum untuk memicu tindakan dini.
Pada 7 Mei, pemerintah Inggris dan Somalia akan menjadi tuan rumah Konferensi Somalia 2013 yang mereka berharap akan membangun kembali pasukan negara dan politik bersenjata, keadilan dan sistem manajemen keuangan.
Sejarah konflik Somalia dan penurunan pemerintah muncul pada 1980-an dari puncak perang antar negara tetangga yang menciptakan ketegangan lebih tinggi antar suku. Hal ini juga terjadi setelah penumbangan diktator militer Mohamed Siad Barre yang kehilangan kendali atas negara dan pasukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar