(PERANG DUNIA XXX) --- The United Nations Children's Fund (UNICEF)
dan otoritas pendidikan Mali melaporkan ada sekitar 700.000 anak-anak yang
terkena dampak gangguan dari pertempuran yang terjadi di utara dan selatan
Mali, sebagaimana laporan yang diterima MINA di Jakarta, Kamis (1/3) dari
Turkish Weekly.
Meningkatnya pertempuran telah mengganggu pendidikan bagi ratusan
ribu anak-anak sekolah di Mali. Ada 200.000
anak yang tidak memiliki akses ke sekolah sama sekali.
Anak Mali |
UNICEF mengatakan sekolah di utara telah ditutup dan dijarah serta
banyak guru tidak dapat kembali. Di selatan, sekolah menjadi penuh sesak,
guru-guru tidak mampu menangani masuknya siswa pengungsi dari utara.
"Pada titik ini ada lebih dari 115 sekolah yang ditutup, dihancurkan atau dijarah. Salah satu
masalah lain yang kita hadapi adalah banyak guru yang masih takut untuk kembali
ke bagian utara negara itu. Dan di bagian selatan, kami penuh sesak, sekolah harus mengatasi masuknya siswa
pengungsi dari utara," jelas Laurent Duvillier, juru bicara UNICEF Afrika
barat dan tengah.
Duvillier mengatakan ini
merupakan beban tambahan pada guru dan infrastruktur. Dia menjelaskan di utara hanya
satu dari tiga sekolah yang berfungsi. Di Kidal semua sekolah ditutup.
"Itu berarti bahwa seorang anak di Kidal pada tahap ini tidak
memiliki kesempatan untuk mendapatkan akses pendidikan. Jadi itu sangat memprihatinkan," kata
Duvillier.
"UNICEF
terlebih dahulu mendistribusikan perlengkapan sekolah dan materi pengajaran kepada guru dan
sekolah-sekolah di bagian selatan yang dekat
ke bagian utara negara itu," katanya.
Duvillier juga mengatakan mereka memiliki akses ke Mopti di bagian
tengah Mali.
"Para guru dan anak-anak sekolah telah tiba di Mopti dan kami
akan segera mendistribusikan ke bagian utara, bersama-sama dengan mitra kami
dan LSM lokal," jelas Duvillier.
Tambah Duvillier, bagi sekolah yang telah hancur atau dijarah,
pusat ruang belajarnya sedang diatur di bawah tenda di mana anak-anak
dapat belajar dan bermain di lingkungan yang aman.
Beberapa hari belakangan, pertempuran sengit terus terjadi di
utara Mali antara pasukan gabungan Afrika (ECOWAS) yang didukung pasukan
Perancis dengan pasukan kelompok-kelompok Islam.
Kematian Jenderal Pasukan Khusus Chad dan terlukanya anak Presiden
Chad Mayor Jenderal Muhammad Idris Debby membuat pasukan Chad mundur dari
pertempuran.
Sementara itu, Al-Qaedah Negeri Maghrib Islam (AQIM) menyatakan
dalam video yang dirilis Yayasan Media Al-Andalus bahwa AQIM telah siap melakukan perang gerilya
meskipun satu abad lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar