(PERANG DUNIA XXX) --- Gerakan Nasional Pembebasan Azawad
(MNLA), Senin (4/2) mengumumkan telah
bersumpah untuk membantu pasukan Perancis dalam melawan kelompok Islam Mali,
The New York Times melaporkan.
Kemajuan pesat dari
agresi militer Perancis untuk merebut kembali bagian utara Mali, membuat kelompok
oposisi Tuareg yang berpaham sekuler telah bersumpah untuk membantu pasukan Perancis
melawan kelompok pejuang Islam Mali.
Tahun lalu MNLA
mendukung kemerdekaan dan telah bergabung dengan pejuang bersenjata Islam untuk
mengambil alih sebagian wilayah utara Mali. Tapi kelompok etnis Tuareg segera beralih
dari para pejuang bersenjata Islam yang menguasai kota-kota utama di wilayah
itu karena memberlakukan hukum syariat Islam.
MNLA telah
mengumukan bahwa mereka telah menangkap dua komandan pejuang Islam di dekat
perbatasan Aljazair. Keduanya adalah Mohamed Moussa Ag Mohamed dan Oumeini Ould
Baba Akhmed. Mohamed adalah pimpinan pejuang Islam yang memberlakukan hukum
Islam di Timbuktu. Sedangkan Akhmed adalah pemimpin dari kelompok Islam Gerakan
Tauhid dan Jihad (MUJAO) di Afrika Barat, bagian dari Al-Qaedah di Maghreb
Islam yang bertanggungjawab atas penyanderaan warga Perancis.
“Kedua pria itu ditangkap Sabtu di dekat perbatasan Aljazair oleh patroli dan dibawa ke kota utara Kidal. Hari Minggu diinterogasi,” kata Mossa Ag Attaher, juru bicara MNLA di Ouagadougou, ibukota Burkina Faso.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, hari Senin mengatakan setidaknya
30 jet Perancis
telah membom "basis dan depot BBM" di
Mali utara sekitar Tessalit,
125 km sebelah utara dari Kidal hari Ahad untuk
mencegah kelompok Islam menyusun
diri kembali di wilayah tersebut.
"Jika Anda melihat peta, mereka telah mengungsi di utara dan timur laut," kata Fabius di radio France Inter. "Tapi mereka bisa bertahan di sana jika mereka memiliki cara untuk mendapatkan pasokan. Jadi dengan cara yang sangat efisien, militer menghentikan itu. "
"Jika Anda melihat peta, mereka telah mengungsi di utara dan timur laut," kata Fabius di radio France Inter. "Tapi mereka bisa bertahan di sana jika mereka memiliki cara untuk mendapatkan pasokan. Jadi dengan cara yang sangat efisien, militer menghentikan itu. "
MLNA sekarang mengendalikan kota utara Kidal, sementara pasukan Perancis tetap di
bandara kota. Orang Perancis
enggan untuk pindah ke Kidal bersama tentara
Mali yang oleh oposisi Tuareg dianggap sebagai pengganggu yang telah dituduh
melakukan pelanggaran HAM terhadap
etnis Tuareg. Tapi pasukan khusus Perancis beroperasi di daerah tersebut.
Pemerintah Perancis juga menekan
pemerintah di ibukota, Bamako, agar membuka negosiasi
politik dengan MNLA untuk memberikan otonomi yang lebih kuat ke utara tapi tetap dalam kesatuan
pemerintahan Mali.
Paris dan Bamako telah menyeru MNLA untuk menyampaikan aspirasi kemerdekaannya, tapi Attaher mengatakan bahwa Tuareg memerlukan jaminan yang tegas bahwa hak-hak dan kebebasan mereka akan lebih terlindungi serta mereka bisa memiliki kekuatan politik yang lebih.
Paris dan Bamako telah menyeru MNLA untuk menyampaikan aspirasi kemerdekaannya, tapi Attaher mengatakan bahwa Tuareg memerlukan jaminan yang tegas bahwa hak-hak dan kebebasan mereka akan lebih terlindungi serta mereka bisa memiliki kekuatan politik yang lebih.
Di Paris, Senin, Wakil Presiden Amerika Serika Joseph Biden Jr R. bertemu Presiden Perancis Francois Hollande dan memuji pasukan Prancis di Mali. Biden mengatakan keduanya setuju bahwa tentara Afrika harus mengambil alih secepat mungkin kemudian beralih sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB.
"Kami memuji ketegasan Anda dan saya bisa menambahkan kemampuan pasukan militer Perancis," kata Biden kepada Holland. "Tindakan tegas Anda tidak hanya untuk kepentingan Perancis tapi juga Amerika Serikat dan semua orang."
Ada kecemasan bagi warga Perancis yang tidak ingin negaranya dilihat sebagai neo-kolonialis dan
tidak ingin pasukan mereka diacungkan
di luasnya wilayah Mali, yang
rentan terhadap penyergapan, penculikan dan penembakan oleh kelompok pejuang yang mungkin bercampur baur dengan penduduk
sipil.
Menurut Pascal Canfin, Wakil Menteri bidang pembangunan Kementerian Luar Negeri Perancis mengungkapkan, “Prancis juga mengatakan secara bertahap akan mengembalikan bantuan pembangunan kepada Mali yang dibekukan sejak kudeta militer Maret lalu. Bantuan akan disalurkan setelah ada "road map" untuk pemilu baru.”
Menurut Pascal Canfin, Wakil Menteri bidang pembangunan Kementerian Luar Negeri Perancis mengungkapkan, “Prancis juga mengatakan secara bertahap akan mengembalikan bantuan pembangunan kepada Mali yang dibekukan sejak kudeta militer Maret lalu. Bantuan akan disalurkan setelah ada "road map" untuk pemilu baru.”
Paris telah mendesak
pemilu diadakan di Mali pada awal Juli untuk menggantikan pemerintahan transisi, tapi itu akan sangat tergantung pada pembicaraan dengan kelompok oposisi sekuler Tuareg.
(ABU DZAKIR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar