(PERANG DUNIA XXX) - Perancis menyerukan pembicaraan damai
antara pemerintah Mali dan "wakil-wakil sah" dari kelompok-kelompok oposisi
di utara negara itu, Rabu (30/1), setelah pasukan Perancis menguasai kota
Kidal, pemukiman terakhir yang dipegang oleh pejuang oposisi berbasis
al-Qaidah, Aljazeerah melaporkan.
“Sekarang
waktunya ‘proses politik’ untuk maju,” kata juru bicara Menteri Luar Negeri Perancis
Philippe Lalliot di Paris.
Dia menyerukan pembicaraan dengan wakil-wakil yang sah dari rakyat utara dan "non-kelompok gerakan bersenjata" yang mengakui integritas Mali.
"Hanya dialog utara dan selatan yang akan mempersiapkan tanah untuk negara Mali," katanya.
Selasa yang lalu, parlemen Mali mengadopsi roadmap politik yang mencakup komitmen rencana mengadakan pemilu 31 Juli dan memulai negosiasi dengan perwakilan dari utara.
Dia menyerukan pembicaraan dengan wakil-wakil yang sah dari rakyat utara dan "non-kelompok gerakan bersenjata" yang mengakui integritas Mali.
"Hanya dialog utara dan selatan yang akan mempersiapkan tanah untuk negara Mali," katanya.
Selasa yang lalu, parlemen Mali mengadopsi roadmap politik yang mencakup komitmen rencana mengadakan pemilu 31 Juli dan memulai negosiasi dengan perwakilan dari utara.
Masih menurut Aljazeerah, Dioncounda Traore, presiden sementara Mali,
menegaskan pada Kamis, niat pemerintahnya hanya mau bernegosiasi dengan
kelompok-kelompok sekuler di Mali Utara.
Traore mengatakan kepada radio Prancis
RFI, ia siap untuk melakukan pembicaraan dengan Tuareg, pimpinan sekuler Gerakan Nasional
untuk Pembebasan Azawad (MNLA) yang
menginginkan negara merdeka bagi
rakyatnya.
Lebih lanjut Traore mengatakan ia tidak akan bertemu dengan perwakilan
dari salah satu tiga kelompok
pejuang Islam yang merebut Mali
utara tahun lalu. Presiden yang
mulai menjabat April 2012 itu mengatakan bahwa kelompok pejuang itu telah dipaksa keluar
dari kota-kota di
utara. Pasukan Mali dan Perancis akan menetap di berbagai wilayah Mali dalam waktu satu
bulan.
Sementara itu, juru bicara Gerakan
Islam yang baru terbentuk dari Azawad (MIA),
mengumumkan pada Senin mereka telah menguasai kota dan mengatakan pemimpin mereka
dalam masa negosiasi dengan pasukan
Perancis.
Rabu, komunitas masyarakat internasional menghimbau untuk mencegah pengerahan pasukan Mali dan Afrika Barat di wilayah Kidal sebelum solusi politik ditemukan.
Kidal terletak 1.500 km Timur Laut dari ibukota Bamako dan dikendalikan oleh Ansar al-Dine.
Rencananya pasukan Afrika yang dipimpin militer Mali (AFISMA) akan mengambil alih penguasaan dari pasukan Perancis, namun terhambat oleh kurangnya dana dan peralatan.
Komandan pasukan asal Nigeria Jenderal Shehu Abdulkadir mengatakan kekuatan 6.000 tentara bisa tiba dalam waktu dua minggu.
Rabu, komunitas masyarakat internasional menghimbau untuk mencegah pengerahan pasukan Mali dan Afrika Barat di wilayah Kidal sebelum solusi politik ditemukan.
Kidal terletak 1.500 km Timur Laut dari ibukota Bamako dan dikendalikan oleh Ansar al-Dine.
Rencananya pasukan Afrika yang dipimpin militer Mali (AFISMA) akan mengambil alih penguasaan dari pasukan Perancis, namun terhambat oleh kurangnya dana dan peralatan.
Komandan pasukan asal Nigeria Jenderal Shehu Abdulkadir mengatakan kekuatan 6.000 tentara bisa tiba dalam waktu dua minggu.
Sementara itu, hari Rabu utusan PBB
mengatakan, “PBB mulai membahas pembentukan pasukan penjaga perdamaian untuk Mali.”
Penyebaran pasukan penjaga perdamaian PBB memerlukan persetujuan Dewan Keamanan PBB. Pilihan lainnya mungkin akan mengirim pasukan Uni Afrika dibawah koordinasi Dewan Keamanan dengan dukungan logistik dan lainnya dari PBB, mirip dengan misi Uni Afrika di Somalia. (ABU DZAKIR).
Penyebaran pasukan penjaga perdamaian PBB memerlukan persetujuan Dewan Keamanan PBB. Pilihan lainnya mungkin akan mengirim pasukan Uni Afrika dibawah koordinasi Dewan Keamanan dengan dukungan logistik dan lainnya dari PBB, mirip dengan misi Uni Afrika di Somalia. (ABU DZAKIR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar