Kamis, 31 Januari 2013

PERANCIS SERUKAN PEMBICARAAN DAMAI MALI




(PERANG DUNIA XXX) - Perancis menyerukan pembicaraan damai antara pemerintah Mali dan "wakil-wakil sah" dari kelompok-kelompok oposisi di utara negara itu, Rabu (30/1), setelah pasukan Perancis menguasai kota Kidal, pemukiman terakhir yang dipegang oleh pejuang oposisi berbasis al-Qaidah, Aljazeerah melaporkan.
“Sekarang waktunya ‘proses politik’ untuk maju,” kata juru bicara Menteri Luar Negeri Perancis Philippe Lalliot di Paris.

Dia menyerukan pembicaraan dengan wakil-wakil yang sah dari rakyat utara dan "non-kelompok gerakan bersenjata" yang mengakui integritas Mali.

"Hanya dialog utara dan selatan yang akan mempersiapkan tanah untuk negara Mali," katanya.

Selasa yang lalu, parlemen Mali mengadopsi roadmap politik yang mencakup komitmen rencana mengadakan pemilu 31 Juli dan memulai negosiasi dengan perwakilan dari utara.

 
Masih menurut Aljazeerah, Dioncounda Traore, presiden sementara Mali, menegaskan pada Kamis, niat pemerintahnya hanya mau bernegosiasi dengan kelompok-kelompok sekuler di Mali Utara.

Traore  mengatakan kepada radio Prancis RFI,  ia siap untuk melakukan pembicaraan dengan Tuareg, pimpinan sekuler Gerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad (MNLA)  yang menginginkan negara merdeka bagi rakyatnya.

Lebih lanjut Traore mengatakan ia tidak akan bertemu dengan perwakilan dari salah satu tiga kelompok pejuang Islam yang merebut Mali utara tahun lalu. Presiden yang mulai menjabat April 2012 itu mengatakan bahwa kelompok pejuang itu telah dipaksa keluar dari kota-kota di utara. Pasukan Mali dan Perancis akan menetap di berbagai wilayah Mali dalam waktu satu bulan.
Sementara itu, juru bicara Gerakan Islam yang baru terbentuk dari Azawad (MIA), mengumumkan pada Senin mereka telah menguasai kota dan mengatakan pemimpin mereka dalam masa negosiasi dengan pasukan Perancis.

Rabu, komunitas  masyarakat internasional menghimbau untuk mencegah pengerahan pasukan Mali dan Afrika Barat di wilayah Kidal sebelum solusi politik ditemukan.

Kidal terletak 1.500 km Timur Laut dari ibukota Bamako dan dikendalikan oleh Ansar al-Dine.

Rencananya  pasukan Afrika yang dipimpin militer Mali (AFISMA) akan  mengambil alih penguasaan dari pasukan Perancis, namun terhambat oleh kurangnya dana dan peralatan.

Komandan pasukan asal Nigeria Jenderal  Shehu Abdulkadir  mengatakan kekuatan 6.000 tentara bisa tiba dalam waktu dua minggu.

Sementara itu, hari Rabu utusan PBB mengatakan, “PBB mulai membahas pembentukan pasukan penjaga perdamaian untuk Mali.”

Penyebaran pasukan penjaga perdamaian PBB memerlukan persetujuan Dewan Keamanan PBB. Pilihan lainnya mungkin  akan mengirim pasukan Uni Afrika dibawah koordinasi Dewan Keamanan dengan dukungan logistik dan lainnya dari PBB, mirip dengan misi Uni Afrika di Somalia. (ABU DZAKIR).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar